Selasa 18 Jan 2022 14:31 WIB

Anggota DPRD Ingatkan Pemprov Jatim Soal Peningkatan Kasus DBD

Sepanjang Januari 2022 terdapat delapan kasus DBD di Surabaya.

Rep: Dadang KurniaAntara/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas menyiapkan ikan platy untuk dibagikan kepada warga di lingkungan padat penduduk Kelurahan Pocanan, Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (7/1/2022). Pembagian predator jentik nyamuk berupa 2.000 ekor ikan cupang dan 500 ekor ikan platy oleh Pemkot Kediri tersebut guna mengendalikan penyebaran demam berdarah saat musim hujan.
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas menyiapkan ikan platy untuk dibagikan kepada warga di lingkungan padat penduduk Kelurahan Pocanan, Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (7/1/2022). Pembagian predator jentik nyamuk berupa 2.000 ekor ikan cupang dan 500 ekor ikan platy oleh Pemkot Kediri tersebut guna mengendalikan penyebaran demam berdarah saat musim hujan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Anggota Komisi E DPRD Jatim, Kodrat Sunyoto mewanti-wanti untuk meningkatkan kewaspadaan lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) memasuki puncak musim penghujan.

Kodrat mengatakan, di awal 2022 saja tercatat ada 69 kasus DBD yang tersebar di beberapa daerah di Jatim. Ia pun meminta Dinas Kesehatan Jatim meningkatkan kewaspadaan dalam menekan angka DBD tersebut.

Baca Juga

"Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Provinsi Jawa Timur,” ujar Kodrat, Selasa (18/1).

Kodrat berharap, Dinkes Jatim maupun kabupaten/kota segera melakukan berbagai upaya antisipasi melalui peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan fogging maupun mengkampanyekan program 3M. Yakni menguras bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, dan menyingkirkan barang bekas.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Erwin Ashta Triyono mengingatkan, memasuki puncak musim penghujan, Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi penyakit yang perlu diwaspadai. Di awal 2022, tercatat ada 69 warga Jatim yang terjangkit DBD.

Erwin kemudian memaparkan, sepanjang 2021, penderita DBD di Jawa Timur tercatat sebanyak 5.961 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 67 orang. Menurun dibandingkan tahun sebelumnya 2020 yang tercatat ada 8.743 kasus dengan kematian sebanyak 69 orang.

Erwin melanjutkan jumlah penderita DBD tertinggi sepanjang 2021 berasal dari Kabupaten Situbondo dengan jumlah 475 orang. Kemudian Kabupaten Jember 392 orang, Kabupaten Sidoarjo 330 orang Kabupaten Bojonegoro 323 orang, dan Kabupaten Kediri 271 orang.

Sedangkan jumlah kematian DBD tertinggi sepanjang 2021 tercatat di Kabupaten Nganjuk dengan jumlah 9 orang. Kemudian Kabupaten Bojonegoro 5 orang, Kabupaten Malang 5 orang, Kabupaten Sidoarjo 5 orang, Kabupaten Pasuruan 4 orang, dan Kabupaten Situbondo 4 orang.

Erwin mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk menekan jumlah kasus DBD di Jatim. Di antaranya dengan meningkatkan peran masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk.

Kemudian mengkampanyekan program 3M, yakni menguras bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, dan menyingkirkan barang bekas. Koordinasi dengan sektor terkait dalam upaya pencegahan penyakit DBD juga diakuinya terus digencarkan.

"Kemudian menyiapkan sarana pelayanan kesehatan, tenaga dan logistik dalam upaya pengendalian penyakit DBD," ujarnya.

Erwin mengingatkan, penyakit DBD ditandai dengan demam 2 hingga 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan. Kemudian penurunan jumlah trombosit kurang dari 100 ribu per milimeter kubik, dan adanya kebocoran plasma ditandai peningkatan hematokrit di atas 20 persen dari nilai normal.

Pemerintah Kota Surabaya mengoptimalkan peran kader kesehatan sebagai upaya mewaspadai dan mengantisipasi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) memasuki puncak musim penghujan.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan, sepanjang Januari 2022 terdapat delapan kasus DBD dimana saat ini pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit.

"Kita juga berkoordinasi dengan seluruh Faskes di Kota Surabaya untuk segera melaporkan kasus demam dengan gejala yang menyerupai DBD. Kedua, berkoordinasi dengan Camat dan Lurah untuk menggerakkan semua elemen masyarakat dalam upaya pemberantasan,” kata Eri.

Selain itu, kata Eri, Pemkot Surabaya juga mengoptimalkan peran kader kesehatan. Yakni melakukan pemantauan pada kondisi jentik di lingkungan permukiman di wilayahnya masing-masing secara rutin, minimal satu minggu sekali.

“Mereka juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan melalui PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M plus (Menutup, Menguras, dan Mengubur)” ujarnya.

Selain itu, para kader kesehatan juga melakukan surveilans (kegiatan pengamatan penyakit) berbasis masyarakat. Apabila terdapat laporan yang terduga DBD di wilayahnya, maka akan langsung mengkoordinasikan dengan Puskesmas setempat.

“Keempat, kami melakukan penanggulangan secara tepat pada kasus konfirmasi DBD dengan menyediakan penyelidikan epidemiologi, untuk memutus mata rantai penularan dalam waktu kurang dari 2x24 jam sejak laporan pertama,” kata dia.

Eri melanjutkan, pihaknya juga secara rutin telah membagikan Larvasida kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan jentik di tempat penampungan air yang sulit dikuras.

“Ketika mengalami demam tinggi harus segera melakukan pemeriksaan dan jangan sampai terlambat. Sebab, kita sudah menyampaikan kepada semua Faskes untuk siap siaga,” ujarnya.

Meninggal

Sementara itu, Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat, mencatat satu pasien demam berdarah dengue (DBD) asal Kecamatan Mandeyang sempat menjalani penanganan medis, meninggal dunia, sedangkan 13 lainnya menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit, sepanjang Januari 2022.

"Sepanjang bulan Januari, kami mendapat laporan ada 14 orang yang terjangkit DBD di Cianjur, satu orang di antaranya meninggal dunia, sedangkan puluhan orang lainnya hanya sebatas 'suspect', sehingga berbagai upaya pencegahan akan kami lakukan," kata Kepala Dinas Kesehatan Cianjurdr Irvan Nur Fauzy.

Setiap tahun, kasus DBD di Cianjur masih tinggi. Berdasarkan data pada 2021 sebanyak 250 orang terjangkit DBD dan tiga orang di antaranya meninggal dunia dan pada 2020 total warga terjangkit sekitar 800 orang dengan tujuh orang meninggal dunia.

Selama ini, tutur dia, sejumlah kecamatan termasuk dalam wilayah endemi DBD, seperti Kecamatan Cianjur, Cilaku, Cibeber, dan Karangtengah, di mana jumlah penduduk di kecamatan tersebut cukup padat dan rawan terjadi kasus DBD yang menyebabkan korban jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement