Selasa 18 Jan 2022 20:28 WIB

AS Kutuk Serangan Milisi Houthi ke UEA

Houthi telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Kelompok pemberontak Houthi Yaman
Foto: AP
Kelompok pemberontak Houthi Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengutuk serangan pesawat nirawak yang diklaim milik pemberontak Houthi Yaman ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Washington berkomitmen meminta pertanggungjawaban Houthi atas serangan teror yang menewaskan tiga warga UEA tersebut.

“Houthi telah mengeklaim bertanggung jawab atas serangan ini dan kami akan bekerja dengan UEA serta mitra internasional untuk meminta pertanggungjawaban mereka,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, Senin (17/1), dikutip Al Arabiya.

Baca Juga

Dia menegaskan, sebagai sekutu dan mitra, komitmen AS terhadap keamanan UEA tidak tergoyahkan. “Kami berdiri di samping mitra Emirat kami melawan semua ancaman terhadap wilayah mereka,” ujar Sullivan.

Departemen Luar Negeri AS pun telah merilis pernyataan terkait serangan pesawat nirawak Houthi ke Abu Dhabi. “Kami menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga para korban dan rakyat UEA. Kami menegaskan kembali komitmen teguh kami terhadap keamanan UEA dan bersatu dengan mitra Emirat kami,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.

UEA diketahui merupakan bagian dari koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang melancarkan serangan ke Yaman. Mereka telah menjalankan operasinya sejak 2015. Tujuan koalisi militer itu adalah membantu pasukan pemerintah Yaman dalam menumpas Houthi.

Arab Saudi memandang, Houthi sebagai ancaman terhadap keamanannya. Sebelum UEA, Houthi cukup sering melancarkan serangan pesawat nirawak ke Saudi. Kelompok pemberontak itu dilaporkan memperoleh dukungan dan sokongan dari Iran.

Sejak berlangsung 2014, konflik Yaman telah menyebabkan 4 juta orang mengungsi.  UNICEF mengungkapkan, sekitar 2,3 juta balita di negara tersebut menderita kekurangan gizi akut. Sebanyak 400 ribu balita lainnya akan menderita kekurangan gizi parah yang mengancam jiwa dalam beberapa bulan mendatang. PBB telah menyebut krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement