Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ibnu Hariyanto

Berita-Berita dari Suriah

Info Terkini | Thursday, 20 Jan 2022, 02:35 WIB

Bagaikan buah simalakama, pengungsi Suriah dibuat buntu oleh keadaan. Sebuah kalimat telah mengetuk sisi kemanusiaan penulis: “Mothers last ones to eat, children last ones to freeze.”

Kalimat itu tercantum dalam press release yang dipublikasikan lembaga kemanusiaan CARE tertanggal 18 Januari 2022. Dalam rilis itu diberitakan bahwa temperatur di Yordania, Lebanon dan Suriah diperkirakan akan turun pada titik terrendah sepanjang empat puluh tahun ini; -14° dan akan semakin rendah. Pun kecepatan angin yang mencapai 80km/jam. Ditambah lagi dengan hujan es lebat dan salju yang turun di daerah pegunungan.

“Hal ini merupakan pukulan lain bagi orang-orang yang kehidupannya sudah tak tertahankan. Orang-orang dapat melihat napas mereka sendiri di atas kasur tipis. Anda akan melihat anak-anak berjalan dengan sandal jepit dan kemeja robek. Keluarga mereka takut mereka mati kedinginan,” kata Jolien Veldwijk, Direktur Care Suriah.

Dilansir dari Arab News, dalam kondisi tersebut warga Lebanon dan Suriah berebut mencari cara untuk tetap hidup. Sebagian dari mereka membakar pakaian lama, plastik, bahkan dalam beberapa kasus, mereka membakar kotoran domba untuk menghangatkan diri dari dingin yang menusuk.

Hal itu dilakukan demi mengatasi temperatur suhu yang semakin menurun, ditengah tengah kemiskinan yang semakin melonjak. Bagaimanapun digempur terus-terusan oleh perang barang tentu akan merubah kondisi ekonomi yang sebelumnya stabil. Bahkan tempat bernaung-pun, saat ini mereka harus hidup dalam tenda-tenda pengungsian yang tak sanggup menahan ekstremnya musim dingin serta musim panas di lain waktu.

Belum lagi penulis kabarkan tentang sistem kesehatan yang semakin memburuk saja. Menurut laporan dari Direktorat Kesehatan Idlib (IHD), sekurang-kurangnya 18 rumah sakit di Suriah terancam tutup akibat pemotongan dana operasional oleh pemerintahan. Diperkirakan jutaan warga Suriah akan mengalami krisis sistem kesehatan disebabkan sulitnya mencari obat-obatan serta penanganan medis yang mencukupi.

Dr Salem Abdan, Direktur IHD mengatakan bahwa sebagian dari penunjang biaya kesehatan di Suriah adalah bantuan dari organisasi kemanusiaan internasional. Namun bantuan tersebut sudah berhenti semenjak beberapa bulan yang lalu.

Tenaga medis di sana pun harus rela mengerjakan tugasnya tanpa bayaran dan sumber daya yang sangat terbatas. Akibatnya, kemampuan operasional rumah sakit telah berkurang setidak-tidaknya 80%. (act.news)

Berita-berita di atas seyogyanya melahirkan kesadaran bagi penulis maupun pembaca. Bahwa berbicara tentang kemanusiaan, maka kita berbicara tentang tuntunan Nabi untuk mengasihi sesama. Bukankah telah dijanjikan: barang siapa mengasihi yang di bumi, maka akan dikasihi yang di langit? Juga kewajiban bagi muslimin dan muslimat untuk mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

Jangan pikir hanya dengan harta kita dapat memberikan kasih sayang dan perhatian pada saudara kita. Apapun yang bisa membantu. Bahkan dengan doa—hal tak berwujudpun, bisa jadi memiliki nilai lebih bagi mereka. Dengan itu, semoga bisa menjadi hujjah kita di hadapan Allah ketika nanti ditanya “Apa sumbangsihmu atas saudaramu yang membutuhkan bantuan?”

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image