Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ulinda az Zahra

Ketika Dakwah Bersanding dengan Kematian

Agama | Tuesday, 25 Jan 2022, 21:54 WIB
Ketika kematian menjemput

Tidak untuk dihindari atau diperdebatkan. Aktivitas dakwah bagi kaum muslim adalah aktivitas yang diperintahkan oleh syariat. Begitu juga dengan kematian yang akan menjemput setiap insan meski bersembunyi di lubang semut sekalipun.

Setiap muslim yang mengaku beriman pada Allah dan Rasulullah, hendaknya menjadikan seluruh aspek kehidupannya berporos pada dakwah Islam. Menyebarkan ide Islam dan senantiasa berpegang pada syariat Islam. Merekalah sang pengemban dakwah.

Memang tidak menutup kemungkinan akan menemui berbagai rintangan dan tantangan. Namun bagi para pengemban dakwah, berbagai rintangan itu tidaklah ada artinya dibandingkan dengan balasan pahala dari Allah atas pelaksanaan dan penyebaran dakwah Islam ke seluruh penjuru negeri. Bahkan dihadapkan dengan kematian sekalipun, mereka tidak takut.

Kematian adalah nasihat yang amat berharga bagi siapapun terutama bagi para pengemban dakwah. Diakui atau tidak, kematian adalah nasihat yang akan diperdengarkan berulang kali. Dengan mengingat kematian, jiwa akan bergetar dan takut akan amal yang belum sempurna ini. Oleh karenanya, dakwah yang dilakukan harusnya lebih gencar dan masif lagi.

Namun rancangan ini tidak berlaku bagi sebagian orang. Mengingat banyak pengemban dakwah yang dipersekusi bahkan dibui, sebagian orang memang takut mengambil jalan dakwah. Berbagai alasan diungkapkan untuk menghindari aktivitas dakwah dan para pengembannya. Alasan klasik yang dilontarkann tidak jauh dari perkara-perkara duniawi. Inilah yang membuat Islam seolah hanyalah aktivitas individual saja.

Padahal jauh sebelum tahun ini, Rasulullah dan para sahabat telah lebih dulu menerima penolakan dan ancaman dari para pembesar kafir Quraisy dan musuh-musuh Islam. Bukan persekusi biasa, tetapi Rasulullah dan para sahabat pernah diboikot selama 3 tahun dan menerima penganiayaan yang luar biasa hingga menyebabkan kematian.

Sebut saja Bilal bin Rabbah yang ditimpa batu besar di dadanya pada siang hari di padang pasir yang tandus. Keluarga Yasir yang dibunuh secara tidak manusiawi. Abu Dzar al Ghifari yang dipukuli oleh kaumnnya hingga bersimbah darah dan pingsan. Serta masih banyak kisah yang semisal itu bahkan lebih parah.

Meski penganiayaan diterima secara bertubi-tubi, para pengemban dakwah tetap konsisten di dalam keislamannya dan semakin kokoh memegang akidah Islam. Mereka paham betul bahwa ancaman kematian bukanlah menjadi alasan untuk berhenti berdakwah. Karena siapapun dia, meski tidak berdakwah juga akan bertemu ajalnya.

Dengan demikian, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, dakwah dan kematian akan senantiasa ada dan tidak pernah bisa untuk dihindari. Oleh karena itu, segeralah menjemput aktivitas dakwah atau kematianlah yang akan menjemput duluan.

Wallahu a’lam bish showab.

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image