Rabu 26 Jan 2022 08:32 WIB

Cara untuk tidak Ketularan Omicron Seperti Dr Faheem Younus

Dr Faheem Younus berhasil tidak tertular selama dua tahun merawat pasien Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Varian omicron menyebar (ilustrasi). Dr Faheem Younus pernah terinfeksi SARS-CoV-2 varian omicron beberapa waktu lalu.
Foto: Republika
Varian omicron menyebar (ilustrasi). Dr Faheem Younus pernah terinfeksi SARS-CoV-2 varian omicron beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr Faheem Younus, seorang ahli penyakit menular di Amerika Serikat (AS), berbagi pengalaman dan saran terkait Covid-19 yang dialaminya akibat infeksi SARS-CoV-2 varian omicron. Sekitar tiga pekan lalu, ia tertular setelah melakukan pertemuan keluarga.

Itu merupakan pertama kalinya Younus terinfeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Selama ini ia berhasil tidak tertular virus meski berada di sekitar ribuan pasien dalam dua tahun terakhir pandemi terjadi.

Baca Juga

Namun, setelah melakukan pertemuan keluarga, Younus dengan mudah terular Covid-19. Saat itu, Younus mengaku sempat tidak mengenakan masker dengan ketat.

photo
Syarat-syarat pasien omicron bisa isoman di rumah - (Republika)

Pelajaran penting yang Younus dapatkan adalah masker sangat efektif. Jika memungkinkan, gunakan jenis N95 atau KN95.

"Masker berfungsi. Saya telah berada di sekitar lebih dari 1.000 pasien dalam dua tahun terakhir dan tidak terinfeksi berkat masker, gunakan jenis N95 atau KN95 jika bisa," ujar Younus, dilansir Times Now News, Rabu (26/1/2022).

Pelajaran kedua yang Younus dapatkan dari apa yang dialaminya adalah terkait efektivitas vaksin Covid-19. Pakar kesehatan AS itu mengatakan, vaksin dosis lengkap dan dosis tambahan (booster) dapat mencegah terjadinya gejala berat, seperti yang dirasakannya.

Alami gejala ringan, Younus mengaku tidak membutuhkan sejumlah obat-obatan yang digunakan untuk pasien Covid-19 dengan gejala cukup berat, seperti steroid, antibiotik, atau paxlovid, apalagi ivermectin, zinc, dll. Namun, ia menyebut bahwa protokol perawatan untuk penyakit parah berbeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement