Kamis 27 Jan 2022 14:39 WIB

Menlu Wang Yi Minta Pihak Krisis Ukraina  Tetap Tenang

Wang mengatakan keamanan satu negara tidak bisa membebani keamanan negara lain.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, kiri, dan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan semua pihak yang terlibat dalam krisis perbatasan Ukraina-Rusia untuk tetap tenang.
Foto: AP/Tiziana Fabi/AFP POOL
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, kiri, dan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan semua pihak yang terlibat dalam krisis perbatasan Ukraina-Rusia untuk tetap tenang.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan semua pihak yang terlibat dalam krisis perbatasan Ukraina-Rusia untuk tetap tenang. Hal ini disampaikan dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken.

Rusia meminta aliansi pertahanan Barat NATO memberi jaminan untuk menarik pasukan dan senjatanya dari Eropa timur. Selain itu Moskow juga mendesak NATO tidak menerima Ukraina sebagai anggotanya.

Baca Juga

Washington dan sekutu-sekutunya di Barat menolak permintaan tersebut. Tapi bersedia untuk membahas isu seperti pengendalian senjata dan langkah untuk membangun kepercayaan.

"Kami meminta semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri dari mengagitasi ketegangan dan krisis," kata Wang Kamis (27/1/2022).

Pada Blinken, Wang mengatakan keamanan satu negara tidak bisa membebani keamanan negara lain. Selain itu keamanan di kawasan tidak bisa dijamin dengan memperkuat atau memperluas blok militer.

"Menteri Blinken menyakinkan ke depannya de-eskalasi dan diplomasi merupakan cara yang bertanggung jawab," kata Departemen Luar Negeri AS mengutip Blinken.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan perekonomian dan keamanan global sedang dalam risiko. Karena Rusia terus bersikap agresif pada Ukraina walaupun perundingan sedang berlangsung.

AS sudah memperingatkan Rusia untuk tidak menginvasi Ukraina. Washington juga meminta kedua belah pihak untuk kembali ke perjanjian Minsk I dan II pada 2014 dan 2015 untuk mengakhiri perang separatis di Ukraina timur.

Namun serangkaian langkah militer dan politik yang ditetapkan di Minsk II masih belum diimplementasikan. Halangan terbesarnya karena Rusia mengatakan mereka bukan bagian dari konflik tersebut sehingga tidak wajib mematuhi pakta itu.

"Untuk menyelesaikan isu Ukraina kami harus kembali ke Minsk II, titik awalnya," kata Wang.

"Perjanjian Minsk yang baru yang disetujui Dewan Keamanan PBB merupakan dokumen fundamental yang diakui semua pihak dan harus diimplementasikan dengan efektif, sepanjang upaya sesuai dengan arah dan semangat perjanjian, China akan mendukungnya," tambah Wang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement