Jumat 28 Jan 2022 13:49 WIB

Korut Konfirmasi Pengujian Rudal Jelajah Jarak Jauh

Pembaruan untuk sistem rudal jelajah jarak jauh telah diuji pada Selasa.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Kolase uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara di tempat rahasia, Kamis (27/1/2022).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Kolase uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara di tempat rahasia, Kamis (27/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) telah mengonfirmasi pengujian rudal jelajah jarak jauh yang dilakukan pekan ini. Hal itu dikabarkan kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), Jumat (28/1/2022).

Menurut laporan KCNA, pembaruan untuk sistem rudal jelajah jarak jauh telah diuji pada Selasa (25/1/2022). Pada Kamis (27/1/2022), tes lain dilakukan untuk mengonfirmasi kekuatan hulu ledak konvensional dari rudal berpemandu taktis permukaan-ke-permukaan. KCNA tak menjelaskan terperinci bagaimana hasil pengujian tersebut.

Baca Juga

Namun KCNA mengabarkan hal lain, yakni kunjungan pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, ke pabrik amunisi yang memproduksi “sistem senjata utama” negara tersebut. Kim memuji pabrik tersebut karena mencapai kemajuan dalam memproduksi persenjataan utama. Kim menekankan, bahwa pabrik tersebut memiliki posisi dan tugas yang sangat penting dalam memodernisasi angkatan bersenjata Korut. Ia pun berperan mewujudkan strategi pengembangan pertahanan nasional.

Laporan KCNA itu muncul sehari setelah Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengumumkan, pihaknya mendeteksi peluncuran dua rudal balistik jarak pendek. Pada Selasa lalu, mereka pun mengatakan telah mendeteksi penembakan dua rudal jelajah ke laut di lepas pantai timur Korsel.

Amerika Serikat (AS) telah mengecam pengujian rudal yang dilakukan Korut. Menurut Washington, selama sebulan ini, Pyongyang sudah melakukan enam kali pengujian. Bulan ini, Korut telah menyampaikan akan meningkatkan pertahanannya melawan AS.

Pyongyang pun mempertimbangkan untuk melanjutkan semua kegiatan yang ditangguhkan sementara. Kata-kata itu merupakan sebuah referensi yang jelas untuk moratorium uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh yang mereka berlakukan sendiri.

Pada masa pemerintahan mantan presiden Donald Trump, AS dan Korut dua kali terlibat dalam pembicaraan denuklirisasi. Trump bertemu langsung dengan Kim Jong-un. Namun kedua pembicaraan itu tak menghasilkan apa pun. Salah satu penyebabnya adalah keengganan AS mencabut sanksinya terhadap Korut.

Pyongyang menghendaki Washington mencabut sebagian sanksi ekonominya sebagai 'imbalan' atas keputusan mereka menutup beberapa situs uji coba nuklir. Namun AS menegaskan sanksi baru akan dicabut jika Korut telah melakukan denuklirisasi secara menyeluruh dan terverifikasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement