Senin 31 Jan 2022 20:15 WIB

Kanada Pulangkan Staf Non-esensial dari Kedutaan Besar Ukraina

Kanada akan menarik semua staf kedutaan besar non-esensial di Ukraina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Anggota kelompok sayap kanan Ukraina berlatih di Kharkiv, Ukraina, Sabtu, 29 Januari 2022. Rusia telah meluncurkan latihan militer yang melibatkan unit infanteri dan artileri bermotor di Rusia barat daya, pesawat tempur di Kaliningrad di Laut Baltik, dan puluhan kapal perang di Laut Hitam dan Arktik.
Foto: AP/Evgeniy Maloletka
Anggota kelompok sayap kanan Ukraina berlatih di Kharkiv, Ukraina, Sabtu, 29 Januari 2022. Rusia telah meluncurkan latihan militer yang melibatkan unit infanteri dan artileri bermotor di Rusia barat daya, pesawat tempur di Kaliningrad di Laut Baltik, dan puluhan kapal perang di Laut Hitam dan Arktik.

REPUBLIKA.CO.ID, TRENTON -- Kanada akan menarik semua staf kedutaan besar non-esensial di Ukraina, karena ancaman invasi Rusia. Langkah ini diambil untuk melindungi dan memberikan keamanan kepada staf kedutaan.

Sebelumnya, beberapa personel kedutaan non-esensial dan anak-anak mereka di bawah usia 18 tahun telah dipulangkan ke Kanada pada 25 Januari. Sementara sisanya dipulangkan padw Ahad (30/1) lalu.

"Kanada telah membuat keputusan untuk menarik sementara karyawan Kanada yang tidak penting dan sisa tanggungan dari kedutaan Kanada di Ukraina," ujar pernyataan Global Affairs Canada, dilansir Anadolu Agency, Senin (31/1).

Global Affairs Canada terus memantau situasi dengan cermat. Mereka memiliki prioritas tertinggi terhadap keselamatan dan keamanan warga Kanada.

 “Seperti yang diumumkan awal pekan ini, Kanada akan memperkuat tim  Kedutaan Besar Kanada di Kiev, Ukraina dengan pejabat keahlian di berbagai bidang seperti reformasi sektor keamanan, manajemen konflik, reformasi demokrasi, layanan konsuler, dan diplomasi,” kata pernyataan Global Affairs Canada.

Para ahli yang dikirim tersebut akan meningkatkan kapasitas diplomatik, dan memungkinkan kedutaan Kanada untuk terus menilai dan menanggapi situasi yang berkembang di perbatasan Rusia-Ukraina. Pemerintah menyatakan, Kedutaan Kanada di Ukraina tetap beroperasi secara normal.

 "Pejabat kami siap memberikan bantuan konsuler kepada warga Kanada, seperti yang diperlukan," kata pernyataan pemerintah.

Rusia telah mengerahkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, dan mendesak permintaan untuk mengatur ulang pengaturan keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa. Amerika Serikat dan sekutunya telah memperingatkan bahwa, Rusia akan menghadapi sanksi ekonomi yang keras jika menyerang Ukraina.

Lavrov mengatakan, Barat telah mengabaikan kepentingan Rusia. Lavrov berharap dapat melakukan pertemuan berikutnya dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam beberapa minggu ke depan. Lavrov mengatakan, Rusia sedang mempelajari proposal AS dan Presiden Vladimir Putin akan menanggapinya.

Komentar Lavrov merupakan pernyataan Rusia yang paling mendamaikan mengenai krisis Ukraina. Krisis ini telah meningkat menjadi salah satu kebuntuan Timur-Barat yang paling tegang sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.

Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko yang merupakan sekutu dekat Rusia mengatakan, negaranya sama sekali tidak tertarik pada perang. Menurutnya, konflik akan pecah  jika Belarus atau Rusia diserang secara langsung. Di sisi lain, Prancis menyerahkan keputusan di tangan Presiden Putin.

 "Terserah Vladimir Putin untuk mengatakan apakah dia menginginkan konsultasi atau konfrontasi," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada radio RTL.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement