Rabu 02 Feb 2022 13:51 WIB

Puncak Kasus Penyakit DBD di Kota Bandung Belum Dapat Diprediksi

Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan aktif memberantas sarang nyamuk.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas melakukan pengasapan (fogging) - ilustrasi
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas melakukan pengasapan (fogging) - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengaku belum dapat memprediksi puncak kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) seiring kondisi musim hujan yang sering berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi. Masyarakat diminta tetap waspada dan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk.

"Biasanya ada pola (prediksi puncak kasus) disesuaikan cuaca. Cuaca berubah-ubah terus," ujar Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Kota Bandung Rosye Arosdiani, Rabu (2/2/2022).

Baca Juga

Ia menuturkan DBD merupakan penyakit yang sering terjadi di Kota Bandung. Oleh karena itu pihaknya mengingatkan masyarakat membasmi induk nyamuk yang sering muncul saat musim hujan.

Rosye melanjutkan, kasus penyakit DBD hingga dua pekan awal di bulan Januari tahun 2022 mencapai 174. Sedangkan laporan kematian akibat penyakit DBD belum ada.

Kasus di bulan Januari 2022 masih relatif rendah dibandingkan Desember 2021 sebanyak 695 kasus. Sedangkan puncak kasus DBD pada 2020 berada pada Maret dan 2021 di bulan Desember.

"Perkiraan (puncak) tergantung cuaca," ungkapnya. Sebelumnya, pada 2021 terdapat 13 orang warga Kota Bandung yang meninggal dunia akibat terserang penyakit DBD.

Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengajak masyarakat  mendonorkan darah di tengah tren kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang meningkat. Selain itu masyarakat diimbau untuk aktif memberantas sarang nyamuk.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement