Jumat 04 Feb 2022 15:12 WIB

Kepala BNPT Boy Rafli Amar dan MUI: Mari Jaga Negeri dengan Dialog tanpa Islamofobia

Seluruh elemen umat perlu diajak BNPT untuk bicara soal radikalisme dan Islamofobia

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar.
Foto: Istimewa
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI.

Saya sangat senang bapak Boy Rafli sebagai kepala BNPT sudah datang ke MUI. Ini pertanda bahwa beliau punya maksud baik. Oleh karena itu bagi MUI hal ini tentu merupakan sebuah hal yang patut kami hargai.

Saya sendiri secara pribadi sebenarnya ingin datang menyambut beliau. Tapi karena keluarga saya setelah di PCR ternyata positif terkena varian omicorn meskipun tanpa gejala yang putuskan tak datang ke acara pertemuan itu. Ini karena saya memegang teguh prinsip la dharara wala dhiroro,yaitu kita tidak boleh mencelakai diri kita dan mencelakai orang lain dan karena saya takut saya juga terpapar meskipun hasil pcr saya negatif.

Nah, meski juga ragu karena tidak ada hasil laborstorium lain yg bisa saya jadikan second opinion maka saya putuskan untuk tidak hadir.  Tapi meskipun saya tidak hadir saya memberikan apresiasi saya kepada beliau.  Demikian pula saya tetap  mengharapkan agar dalam pertemuan itu membahas berbagai yang menyangkut umat dan rakyat banyak. Dan ini memang  sebaiknya kita rembugkan bersama meskipun secara terbatas.

Semua tahu, negeri ini adalah negeri kita bersama. Kita sama-sama bertanggung jawab bagi terciptanya keamanan, ketertiban dan kedamaian di negeri yang tercinta ini. Saya menginginkan jangan ada sedikitpun di negeri ini adamkebijakan dan atau tindakan yang dibuat yang terkesan islamophobia atau merugikan pihak dan lembaga lain.

Untuk itu kerjasama yang baik diantara pemerintah dan berbagai elemen umat serta  masyarakat menjadi sesuatu yang sangat penting dan diperlukan. Bukankah sila ketiga dan keempat dalam Pancasila mengamanatkan kepada kita untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Dan salah satu instrumen untuk itu adalah dialog dan musyawarah sehingga kita bisa menghindari apa yang disebut dg  kegaduhan yang sama-sama tidak kita inginkan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement