Sabtu 05 Feb 2022 16:43 WIB

Wall Street Journal dan New York Post Jadi Sasaran Peretas China

China sangat agresif mengejar wartawan Barat yang menerbitkan cerita negaranya

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Christiyaningsih
Media Wall Street Journal. China sangat agresif mengejar wartawan Barat yang menerbitkan cerita negaranya. Ilustrasi.
Foto: EPA
Media Wall Street Journal. China sangat agresif mengejar wartawan Barat yang menerbitkan cerita negaranya. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – News Corporation, perusahaan media yang memiliki The Wall Street Journal dan New York Post mengatakan pada Jumat (4/2/2022) mereka telah menjadi korban dari kampanye peretasan China yang berkelanjutan. Dalam surel yang dikirim ke karyawan, perusahaan mengatakan peretas telah melanggar sistem perusahaan dan menargetkan dokumen tertentu serta akun surel reporter.

Masih belum jelas cara peretas masuk tetapi perusahaan menemukan peretas telah memengaruhi sistem yang digunakan di beberapa unit bisnisnya pada 20 Januari lalu. Perusahaan sedang dalam proses memberi tahu individu yang akunnya diakses oleh peretas. “Kekhawatiran tertinggi kami adalah perlindungan karyawan kami, termasuk jurnalis kami dan sumber mereka,” kata surel itu.

Baca Juga

Perusahaan keamanan siber yang disewa News Corp bernama Mandiant menanggapi kasus peretasan tersebut. Wakil Presiden Konsultasi Mandiant David Wong mengatakan pihaknya memiliki alasan untuk meyakini bahwa pelanggaran tersebut merupakan contoh operasi spionase siber yang luas dan berkelanjutan di China.

Namun, seorang juru bicara Mandiant menolak memberikan bukti peran China karena penyelidikannya sedang berlangsung. Direktur FBI Christopher Wray mengatakan aksi spionase China terhadap AS telah menjadi sangat lazim. FBI rata-rata melakukan dua investigasi kontra intelijen China baru setiap hari. Sementara itu, juru bicara kedutaan besar China di Washington tidak segera menanggapi kasus ini.

Dilansir NBC News pada Sabtu (5/2/2022), eks spesialis China di National Security Agency Priscilla Moriuchi mengatakan surat kabar seperti The Wall Street Journal yang telah menerbitkan konten sensitif tentang pemerintah China menjadi target mata-mata China karena sejumlah alasan.

“China dengan sangat agresif mengejar wartawan Barat yang telah menerbitkan cerita-cerita kritis terhadap kepemimpinan partai dan pemerintah. Kemungkinan peretas China akan mencari untuk mendapatkan informasi baik tentang sumber cerita ini maupun pada reporter itu sendiri untuk mendapatkan pengaruh untuk menutupnya,” kata Moriuchi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement