Selasa 08 Feb 2022 21:59 WIB

Menlu Retno Bertemu para Menlu Perempuan Negara Pasifik

Para Menlu membahas berbagai hal terkait pandemi hingga pemulihan ekonomi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi
Foto: Kena Betancur/Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menggelar pertemuan virtual dengan para Menlu perempuan dari negara-negara Asia Pasifik. Mereka diantaranya Menlu Australia Marise Payne, Menlu Selandia Baru Nanaia Mahuta, dan Menlu Timor Leste Adaljiza Magno, Selasa (8/2/2022). Para Menlu membahas berbagai hal terkait pandemi hingga pemulihan ekonomi.

Meski virtual, pertemuan ini merupakan yang perdana yang mengangkat empat isu utama, yakni penanggulangan pandemi Covid-19, penguatan peran perempuan di sektor ekonomi, perkembangan geo-strategis, dan kerja sama terkait agenda Women, Peace, and Security (WPS). Terkait pandemi, Retno kembali mengulangi bahwa tingkat vaksinasi sampai sekarang masih belum merata.

Baca Juga

Retno mengatakan, kala dunia harus menghadapi penyebaran omikron, isu kesetaraan akses vaksin bagi semua negara menjadi semakin penting, termasuk di negara-negara Pasifik. Sebagai salah satu Co-Chair Covax AMC-EG, Retno kembali menyerukan pentingnya dukungan seluruh negara terhadap Covax untuk mendorong vaksinasi di negara-negara berkembang dan negara dengan penghasilan rendah.

Dia mencatat hingga saat ini Covax telah mendistribusikan lebih dari 1 miliar dosis vaksin ke 144 negara dan wilayah di dunia, termasuk di Pasifik. Dukungan bagi pengumpulan sumber pun, lanjutnya, diperlukan guna menunjang program Covax pada 2022.

Menyoal penguatan peran perempuan di ekonomi, Retno menegaskan bahwa pemberdayaan perempuan harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Hal ini dilakukan melalui pengembangan kapasitas, digitalisasi, inklusi dan literasi keuangan, serta akses terhadap modal.

"Upaya bersama harus dilakukan untuk membantu UMKM yang menjadi wadah ekonomi mayoritas perempuan, termasuk melalui penyediaan bantuan finansial melalui pinjaman dan kredit mikro," kata Retno dalam keterangan persnya, Selasa.

Dalam pembahasannya mengenai perkembangan strategis di kawasan, Retno mendorong peran aktif negara-negara Pasifik untuk menjadikan kawasan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang damai dan sejahtera. Hal ini dapat terwujud melalui kerja sama di bawah kerangka ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).

Dia menjelaskan terdapat empat area kerja sama prioritas dalam kerangka AOIP, yakni maritim, konektivitas, SDGs, dan kerja sama ekonomi. Menurutnya, semua itu sejalan dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh mayoritas negara Pasifik.

"Saya yakin upaya kita untuk berkontribusi terhadap kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera dapat membawa manfaat besar bagi negara-negara di kawasan," ujar Retno.

Sementara mengenai isu WPS, Retno menegaskan pentingnya mendorong peran perempuan dalam proses perdamaian sehingga perdamaian dapat lebih lestari. Sejumlah inisiatif yang dilakukan Indonesia untuk isu WPS ini antara lain melalui pembentukan South East Asia Women Negotiators and Mediators Network, dan inisiasi Indonesia melalui lahirnya Resolusi 2538 mengenai Perempuan dalam Misi Perdamaian.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement