Selasa 08 Feb 2022 22:44 WIB

BPS Solo: Harga Minyak Goreng Dipengaruhi Komoditas Lain

Minyak goreng menjadi salah satu sumber inflasi di Soloraya.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Seorang pedagang menunjukkan minyak goreng kemasan dagangannya. BPS Solo mengatakan, harga minyak goreng dipengaruhi pula oleh komoditas lain.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Seorang pedagang menunjukkan minyak goreng kemasan dagangannya. BPS Solo mengatakan, harga minyak goreng dipengaruhi pula oleh komoditas lain.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta menyatakan tingginya harga minyak goreng mempengaruhi komoditas lain yang selanjutnya mempengaruhi angka inflasi.

"Minyak goreng menjadi salah satu sumber inflasi di Soloraya. Saya rasa bukan hanya di Solo tetapi juga berbagai wilayah di seluruh Indonesia," kata Kepala BPS Kota Surakarta Totok Tavirijanto di Solo, Selasa (8/2/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, berdasarkan pantauan BPS sejak Agustus 2021 harga minyak goreng sudah mulai merangkak dan terus mengalami kenaikan. Kemudian pada November-Desember mulai agak tinggi lagi.

"Tetapi pada Januari karena sudah ada patokan HET (harga eceran tertinggi), beberapa agak turun, tetapi itu hanya poin-poin saja," katanya.

Totok mengatakan dari pantauan yang dilakukan oleh BPS, pedagang juga sempat mengalami kesulitan mendapatkan minyak goreng yang biasa dibeli oleh masyarakat. "Memang minyaknya jarang ditemukan di masyarakat, ini berpengaruh di inflasi. Kondisi ini juga akan berdampak pada barang yang lain, sebagian UMKM kan pakai minyak goreng sebagai bahan baku, seperti gorengan-gorengan," kata Totok.

Ia mengatakan, permasalahan lain terkait minyak goreng yang ditemukan di lapangan adalah aturan yang dibuat distributor untuk pedagang terkait tata cara pembelian minyak goreng. Beberapa pedagang sempat mengatakan, oleh distributor, mereka diwajibkan membeli barang yang lain seperti gula pasir, tepung terigu. Baru kemudian bisa membeli minyak goreng.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Surakarta meminta Bulog segera turun tangan menyikapi harga minyak goreng di pasaran yang hingga saat ini belum sesuai dengan arahan pemerintah. Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi mengatakan sebelumnya sudah dilakukan rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menyikapi harga minyak goreng yang masih tinggi.

"Selain itu juga terjadi kelangkaan minyak goreng. Hasil pantauan kami harga memang masih terlalu tinggi, harusnya harga minyak curah Rp 11.500/liter, ini tadi ditanya mereka ambil dari distributor saja sudah Rp 16.500/liter, artinya jual Rp 17.000/liter," kata Heru.

Oleh karena itu, setelah dilakukan survei di lapangan diharapkan Bulog bisa sesegera mungkin melakukan penugasan untuk stabilisasi harga. "Menggelontorkan minyak di pasar-pasar, cuma dari Bulog kan juga masih menunggu kebijakan dari pusat," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement