Kamis 10 Feb 2022 11:08 WIB

China Umbar Ancaman Seusai AS Teken Penjualan Senjata ke Taiwan

China mengkritik penjualan senjata AS ke Taiwan dan akan mengambil sejumlah langkah

Rep: Fergi Nadira/ Red: Esthi Maharani
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Militer Taiwan ini, senjata artileri Taiwan menembakkan peluru tajam selama latihan Han Guang yang diadakan di Taichung, Taiwan, pada hari Kamis, 16 September 2021. Latihan militer tahunan lima hari Han Guang di Taiwan dirancang untuk persiapan pasukan pulau untuk serangan oleh Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.
Foto: AP/Military News Agency
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Militer Taiwan ini, senjata artileri Taiwan menembakkan peluru tajam selama latihan Han Guang yang diadakan di Taichung, Taiwan, pada hari Kamis, 16 September 2021. Latihan militer tahunan lima hari Han Guang di Taiwan dirancang untuk persiapan pasukan pulau untuk serangan oleh Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - China pada Rabu (9/2/2022) kembali mengkritik penjualan senjata Amerika Serikat (AS) ke Taiwan. Pemerintah Xi Jinping mengatakan bakal mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan integritas teritorial negaranya.

"Tentara Pembebasan Rakyat akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial, menggagalkan campur tangan eksternal dan upaya pemisahan diri, dan mempromosikan reunifikasi," kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu.

Baca Juga

Juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian menegaskan hanya ada satu China di dunia, dan Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China. "Masa depan Taiwan terletak pada reunifikasi nasional, dan keamanan Taiwan bergantung pada upaya bersama rekan senegaranya di kedua sisi selat di bawah prinsip satu-China, bukan penjualan senjata AS ke Taiwan," ujarnya.

Pada Senin (7/2/2022) AS menyetujui penjualan peralatan dan layanan senjata senilai 100 juta dolar AS ke Taiwan. Penjualan ini dikatakan bertujuan untuk meningkatkan sistem pertahanan rudal yang digunakan oleh negara kepulauan yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan AS (DSCA) menyatakan, bahwa kesepakatan dengan Taiwan mencakup rekayasa dukungan layanan yang dirancang untuk mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan Sistem Pertahanan Udara Patriot negara pulau itu.

"Penjualan yang diusulkan akan membantu meningkatkan keamanan penerima (Taiwan) dan membantu menjaga stabilitas politik, keseimbangan militer, ekonomi, dan kemajuan di kawasan itu," kata pernyataan DSCA.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian mengatakan pada Selasa bahwa penjualan senjata AS ke wilayah Taiwan di China secara serius melanggar prinsip satu-China dan ketentuan dari tiga komunike bersama China-AS. "Ini sangat merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan China dan sangat merusak hubungan China-AS serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. China dengan tegas menentang ini dan mengutuk keras ini," kata dia.

Ini adalah penjualan militer kedua oleh AS ke Taiwan sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari 2021. seperti diketahui, China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Menurut China, negara kepulauan berpenduduk sekitar 24 juta orang itu provinsi yang memisahkan diri. Sementara Taipei telah bersikeras untuk merdeka sejak 1949 dan memiliki hubungan diplomatik dengan setidaknya 15 negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement