Sabtu 12 Feb 2022 19:10 WIB

Larangan Jilbab di India, Ketua MUI: Bahayakan Kemanusiaan dan Toleransi

Larangan jilbab di India mencermikan Islamofobia yang membahayakan

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
 Para wanita ikut serta dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh Awami Rickshaw Union untuk memprotes larangan gadis Muslim mengenakan jilbab di kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, di Lahore, Pakistan, Kamis, 10 Februari 2022.
Foto: AP Photo/K.M. Chaudary
Para wanita ikut serta dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh Awami Rickshaw Union untuk memprotes larangan gadis Muslim mengenakan jilbab di kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, di Lahore, Pakistan, Kamis, 10 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kontroversi larangan  jilbab di India telah menjadi sorotan berbagai kalangan. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, menyampaikan keprihatinan atas peristiwa penistaan yang dialami umat Islam India,  khususnya Muslimah yang menghadapi pelarangan jilbab di sekolah.  

"Rasa kemanusiaan saya sangat ternodai oleh tindakan brutal pemerintah India terhadap warga minoritas muslim di India. Dan saya yakin, perasaan yang sama juga dirasakan oleh umat Islam di manapun. Bahkan, bisa jadi komunitas agama lain yang menyadari dan mengerti betul tentang hak asasi manusia akan terusik dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah India," kata Sudarnoto, dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Sabtu (12/2/2022). 

Baca Juga

Dia mengatakan, pelarangan hijab di sekolah di India menggambarkan dengan sangat jelas bahwa pelarangan ini merupakan manifestasi konkret dari semangat Islamofobia yang digerakkan oleh pemerintah India saat ini. Selain itu, kata dia, tindakan pelarangan ini juga menegaskan bahwa pemerintah India telah mendiskriminasi warga minoritas. 

"Ini adalah pemerintah yang intoleran yang sangat membahayakan bagi kemanusiaan dan akan mengganggu upaya membangun demokrasi dan kedamaian. Situasi memanas sudah terjadi dan karena itu sudah pantas India diberi sanksi," ujarnya. 

Sudarnoto menyebut India yang saat ini dipimpin oleh kelompok ultra nasionalis Hindu ekstrim hanya akan mempertontonkan kekejaman dan tindakan kekerasan terhadap minoritas Muslim India yang disponsori negara.  

Tidak sekedar diskriminasi, dia menilai pemerintah India dengan jelas telah membangun, mengembangkan dan memperkuat spirit Islamofobia. Sikap dan tindakan ini dikatakannya sudah dipastikan merusak demokrasi dan perdamaian yang sejak awal justru diajarkan oleh Gandhi.  

"Misi penting //universal declaration of human rights// yang antara lain memberikan tempat,  menghormati dan melindungi hak-hak beragama warga telah dirusak secara sistematis melalui keputusan politik pemerintah India yang ekstrem," lanjutnya. 

Sudarnoto lantas menyerukan agar pemerintah India belajar dari Indonesia,  negeri dengan mayoritas Muslim. 

Dia mengatakan, Indonesia dan umat Islam Indonesia sangat toleran, serta memberikan tempat bagi minoritas Hindu dan agama lainnya. Bahkan, banyak candi Hindu, Budha, kuil, klenteng, gereja, diberi tempat dengan baik oleh umat Islam Indonesia.  

Karena itu, menurutnya, India harus membuka mata dan hati bahwa orang Hindu tenang di Indonesia. Di samping itu, baik Islam dan begitu pula Hindu tidak mengajarkan kekerasan. Karena itu, dia menyerukan agar pemerintah India menghentikan kejahatan terhadap Muslim. 

"Stop kekerasan, stop pengusiran dan penganiayaan terhadap umat Islam India. Stop Islamofobia, semua tindakan ini akan menyulut pertentangan," tegasnya. 

Lebih lanjut, Sudarnoto berharap  pemerintah RI melakukan langkah-langkah penting dan meyakinkan agar pemerintah India melalui duta besar India untuk menghentikan ekstrimisme tersebut. Dia juga menyerukan agar umat Islam di India tetap bersabar menghadapi kondisi demikian. 

"Saya menyampaikan bahwa kami, umat Islam Indonesia khususnya, bersama anda semua. Tetaplah bersabar, teguh pendirian dan panjatkan do'a mohon pertolongan Allah," tambahnya.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement