Senin 14 Feb 2022 09:40 WIB

Ukraina Pastikan Keamanan Wilayah Udara untuk Penerbangan Komersial

Ukraina berupaya menjaga wilayah udaranya tetap terbuka untuk penerbangan komersial

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Tentara AS dari Divisi Lintas Udara ke-18 berjalan keluar menuju pesawat C-17 saat mereka dikerahkan ke Eropa pada Kamis, 3 Februari 2022 dari Fort Bragg, NC Presiden Joe Biden memerintahkan 2.000 tentara AS ke Polandia dan Jerman di tengah pembicaraan yang macet dengan Rusia atas pembangunan militer Kremlin di perbatasan Ukraina.
Foto: AP/Chris Seward/FR27582 AP
Tentara AS dari Divisi Lintas Udara ke-18 berjalan keluar menuju pesawat C-17 saat mereka dikerahkan ke Eropa pada Kamis, 3 Februari 2022 dari Fort Bragg, NC Presiden Joe Biden memerintahkan 2.000 tentara AS ke Polandia dan Jerman di tengah pembicaraan yang macet dengan Rusia atas pembangunan militer Kremlin di perbatasan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Ukraina berupaya menjaga wilayah udaranya tetap terbuka untuk penerbangan komersial di tengah ancaman invasi Rusia. Perdana Menteri Denys Shmygal mengatakan, pemerintah telah mengalokasikan 16,6 miliar hryvnia atau setara 592 juta dolar AS untuk menjamin kelanjutan penerbangan melalui wilayah udaranya.  

Shmygal mengatakan, dana itu akan memastikan keselamatan penerbangan di Ukraina untuk perusahaan asuransi dan leasing. Menurutnya, keputusan ini akan menstabilkan pasar penerbangan komersial.

"Keputusan ini akan menstabilkan situasi di pasar transportasi udara penumpang, dan akan memberikan jaminan bagi warga negara kita yang saat ini berada di luar negeri, untuk kembali ke Ukraina," ujar Shmygal.

Beberapa operator penerbangan meninjau layanan mereka ke Ukraina, setelah Amerika Serikat memperingatkan bahwa Rusia dapat menyerang Kyiv kapan saja. Maskapai penerbangan Belanda KLM akan menghentikan layanan ke Ukraina. Sementara Lufthansa Jerman sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan penerbangan.

Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan, tidak ada gunanya menutup wilayah udaranya sebagai tanggapan atas penambahan pasukan Moskow. Dia menambahkan, penjadwalan konfigurasi ulang oleh masing-masing operator penerbangan tidak ada hubungannya dengan keputusan atau kebijakan Ukraina.

"Poin terpenting adalah bahwa Ukraina melihat tidak ada gunanya menutup ruang udara. Menurut saya, itu agak mirip dengan semacam blokade parsial," ujar Podolyak.

Kantor berita Interfax Ukraina mengatakan, perusahaan asuransi Ukraina telah menerima pemberitahuan dari perusahaan reasuransi bahwa maskapai penerbangan tidak menanggung risiko perang. Maskapai Ukraina, SkyUp, mengatakan, mereka harus mengalihkan penerbangan dari Portugal ke Ukraina pada Sabtu (12/2) setelah pemilik pesawat melarangnya memasuki wilayah udara Ukraina. CEO SkyUp, Dmytro Seroukhov mengatakan, perusahaan bekerja sama dengan otoritas negara bagian untuk menemukan solusi.

Di Bandara Borispil Kyiv, yang terbesar di Ukraina, pada Sabtu mulai didatangi oleh beberapa orang-orang yang keluar dari negara tersebut. Salah satunya Oksana Yurchenko yang melakukan perjalanan kembali ke Australia dengan anaknya.

"Kami mengunjungi keluarga kami di sini di Ukraina. Kami berencana untuk tinggal sedikit lebih lama tetapi situasi ini agak menakutkan," kata Yurchenko yang merupakam koki dan pemilik salon kecantikan.

Sementara itu, Ricky, seorang Skotlandia yang tinggal di Ukraina, mengatakan, dia tidak melihat tanda-tanda kecemasan publik di jalanan.  "Saya tidak melihat siapa pun dalam ketakutan di Ukraina, semua orang tetalp melanjutkan hidup mereka," katanya di bandara sambil menunggu penerbangan untuk pergi berlibur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement