Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arief Nurharyadi

Mabuk yang Saya (tidak) Sukai?

Gaya Hidup | Thursday, 17 Feb 2022, 00:42 WIB

*Mabuk yang saya (tidak) sukai ?*

Ada aliran ekstatik (mabuk) dalam sufisme. Beberapa tahap dalam ekstatik yaitu dengan istilah tasawuf yang disebut Ittihad (bersatunya pribadi dengan Allah), Fana (leburnya pribadi dengan Allah), Baqa (keabadian sifat-sifat Allah dalam Pribadi).

Ajaran tentang Fana, Baqa, dan Ittihad, merupakan tiga aspek dari pengalaman spritual yang terjadi setelah tingkat tertinggi yang dicapai oleh seorang sufi, yaitu Makrifat (mengenal Allah).

Adapun yang dimaksud dengan Fana ialah lenyapnya kesadaran tentang alam, termasuk tentang diri sendiri. Kemanapun ia menghadap, yang ada di mata hatinya hanyalah Allah. Hanya yang berada dalam kesadaran. Selain Allah lenyap dari kesadaran. Karena Fana itulah, terjadilah Baqa, kesadaran tentang selain Allah Fana atau sirna, lenyap, tetapi kesadaran tentang Allah menjadi Baqa alias abadi, terus berlangsung. Sedangkan Ittihad ialah keadaan ketika seorang sufi tenggelam dalam lautan sifat-sifat ketuhanan.

Bila sudah mengalami hal diatas maka itu adalah menuju perwujudan bersatunya mahluk dengan Tuhan, adapun paham Wahdatul Wujud-nya Ibnu Arabi, yaitu paham yang meyakini kemampuan seorang makhluk yang dapat “Bersatu dengan Tuhan”.

Lain dengan Ahmad Al-Sirhindi

Baginya, dengan menguasai ilmu fikih, pemahaman syariat pun semakin kuat. Maka wajar jika ia tidak setuju dengan paham Wahdatul Wujud Ibnu Arabi, karena pencapaian tasawuf seperti itu tidak ada dasarnya dalam Al-Qur’an dan sunah. Bahkan membawa dampak negatif terhadap agama serta meruntuhkan amal saleh dari fondasinya.

Menurut Ahmad Al-Sirhindi: Kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, merupakan pokok ajaran tasawuf, dari pokok ajaran tersebut timbul beberapa cabang dan ranting, seperti dzikir, sabar tawakal, tulus, cinta kepada Allah, beramal dan berkorban hanya kepada-Nya. Dengan demikian, menurutnya, Maqam atau peringkat kesufian haruslah menghasilkan ketaatan dan kepasrahan yang tiada tara kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ia juga mengatakan:

Seorang wali tidak bisa melebihi kenabian walau begitu dekatnya jarak antara dia dan Allah SWT. Seorang waliyullah menempuh jalan menuju Allah, mempersiapkan perjalanan tersebut, sehingga mencapai titik akhir atau Wushul kepada Allah SWT. Tapi setelah sampai di titik akhir, ia akan kembali lagi seperti halnya manusia biasa. Hal ini sangat berbeda dengan Nabi, yang perjalanan spritualnya lebih tinggi ketimbang wali.

Berbeda dengan paham Wahdatul Wujud-nya Ibnu Arabi, yaitu paham yang meyakini kemampuan seorang makhluk yang dapat “Bersatu dengan Tuhan”, dalam pandangan Sirhindi, alam adalah bayangan (dengan realitas zat rendah) yang sangat berbeda dengan Dzat Allah yang mutlak dan berdiri sendiri. Maka bagi Ahmad Sirhindi, tauhid adalah “Tauhid Syuhudi,” ketika seorang sufi dapat menyaksikan realitas tunggal di balik alam. Yang dimaksud dengan “menyaksikan” ialah menguasai penglihatan dalam Dzauq (rasa) ketuhanan sehingga benar-benar ainul yaqin, meyakini karena “menyaksikan”.

Sementara itu menurut kamus besar bahasa indonesia (kbbi) apa yang dimaksud dengan ma·buk :

1. berasa pening atau hilang kesadaran (karena terlalu banyak minum minuman keras, makan gadung, dan sebagainya);

2. berbuat di luar kesadaran; lupa diri.

Mabuk bisa juga sakaw, fly dan lain sebagainya disebabkan berbagai zat seperti Narkoba, gadung, jamur dan lain-lainnya. Kita coba batasi mabuk karena minuman keras atau alkohol.

Tubuh manusia memperlakukan alkohol seperti racun, dan tubuh akan segera merespons dan segera mencerna atau membuang kandungan racun dalam alkohol melalui pernapasan, keringat, dan kencing. Ini mengapa orang yang gemar minum bir atau alkohol, punya kecenderungan untuk kencing dalam rentang waktu yang pendek.

Hati menjadi organ yang bekerja keras untuk membuat alkohol bisa diterima tubuh, hati akan menghasilkan enzim bernama alcohol dehydrogenase, enzim ini yang mengubah alkohol menjadi acetaldehyde. Acetaldehyde punya peran besar saat tubuh seseorang bisa bangun kembali usai mabuk semalaman. Diperkirakan zat inilah yang membuat peminum minuman beralkohol jadi pengar. Mabuk adalah kondisi di mana kandungan alkohol lebih banyak daripada kemampuan organ hati memprosesnya.

Alkohol memang bisa membuat tubuh terasa ringan dan pikiran menjadi tenang. Pada setengah jam pertama saat minum, seseorang akan mengalami efek gembira dan euforia. Alkohol mereduksi kemampuan berpikir dan mengeluarkan sedikit dopamin, yang membuat tubuh jadi senang. Namun, kondisi ini tidak lah lama, bagi peminum berat, maka dampak buruknya adalah perasaan depresif dan tertekan. Seseorang akan gegabah, tubuh akan oleng, tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, dan pandangan memudar.

Ini mengapa minum alkohol secara bertanggung jawab menjadi penting. Alkohol membuat kemampuan kita mengambil keputusan secara jernih menurun, alkohol membuat performa bagian otak di cerebral cortex menjadi menurun. Selain itu tubuh yang berusaha keras untuk mengeluarkan racun melalui kencing, alkohol yang berlebihan meredam fungsi hormon antidiuretik yang dikenal dengan nama vasopressin. Saat seseorang meminum minuman beralkohol, vasopressin fungsinya terbatas, tubuh merasa perlu mengeluarkan cairan tubuh meski jumlah bir atau anggur yang diminum tidak banyak.

Sthepen Braun, pengarang dari Buzz: The Science and Lore of Alcohol and Caffeine, menyebutkan alkohol juga membuat seseorang mudah terangsang secara seksual, tapi fungsi tubuh akan terbatas, karena alkohol membuat manusia susah ereksi, cairan pelumber atau lubrikan yang dihasilkan alat kelamin tidak bekerja maksimal, dan orgasme susah dicapai.

Dalam studi yang dimuat dalam bukunya, Braun mengutip penelitian yang dimuat dalam journal addiction, tentang fenomena kacamata gelas bir. Saat keadaan mabuk, seseorang melihat orang lain menjadi lebih menarik daripada aslinya.

Selain mabuk alkohol kita juga harus waspada terhadap mabuk agama dimana suatu pihak merasa benar sedangkan pihak lainnya salah. Sebagai manusia yang kemungkinan berbuat salah maka kita harus bersandar pada Al Quran dan Hadist sehingga mencapai pada berlomba-lomba pada kebaikan.

Selain itu muda-mudi sering mengalami mabuk cinta, mereka melihat pasangan yang paling sempurna dan jika tersadar ada kemungkinan menjadi berubah.

Mabuk juga terjadi pada orang-orang lain seperti mabuk kekuasaan, mabuk keuangan, mabuk darat,air dan laut ...minum antimo...he-he maaf iklan jadul...

Ketika perselingkuhan terjadi antara mabuk uang dan mabuk kekuasaan maka ini membuat kerusakan yang lebih parah. Satu sama lain saling tolong menolong dalam mencapai tujuan nya. Bukan hal aneh jika mereka menyatakan kepada pihak lainnya (diluar mereka) sebagai anti pembangunan, anti persatuan dan lain sebagainya karena pihak lain tersebut tidak mau mengikuti keinginan mereka. Slogan mereka untuk membangun kemakmuran dan persatuan adalah hal yang baik, akan tetapi perlu pengawasan bersama sehingga "alkohol" dalam uang dan kekuasaan tidak menguasai mereka dan kita perlu berjalan di dalam rel yang ada.

Semoga kita tidak menjadi seperti yang di firmankan dalam Al Quran,

*“Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah berbuat kerusakan di bumi', mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami orang-orang yang melakukan perbaikan.' Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak merasa."* (QS al Baqarah [2]:11-12).

Wallahu a'lam bish-shawabi

( والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ )

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image