Saat Alien Bicara Bahasa Arab

Umum  

Bisa jadi bukan sekali dua kali, pembaca yang budiman, kita mengerutkan kening saat menyaksikan film-film sains fiksi Hollywood. Bagaimana, misalnya, mereka yang hidup di galaksi yang sangat jauh dalam kisah Star Wars bisa sedemikian mirip dengan ras kaukasoid.

Bagaimana pula, Superman, sang putra terakhir Planet Krypton sama sekali tak beda dengan bangsa Eropa. Sementara di Afrika yang hanya sepelemparan batu dari Semenanjung Iberia di Eropa saja demikian berbeda perawakannya. Bagaimana semua peradaban luar bumi di Star Trek bicara bahasa Inggris.

Tentu jawabannya karena itu hal hiburan semata. Karena ia lahir dari benak bangsa Eropa dan dibuat film atau komiknya di Amerika Serikat. Yang barangkali kurang banyak diketahui adalah alien-alien pertama yang dibayangkan umat manusia sama sekali tak bicara bahasa Inggris.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ilustrasi pengemudi karpet terbang melintasi Istanbul dalam miniatur Utsmani pada abad ke-19. (istimewa)
Ilustrasi pengemudi karpet terbang melintasi Istanbul dalam miniatur Utsmani pada abad ke-19. (istimewa)

Kisah perjalanan ke luar angkasa paling tua yang bertahan hingga saat ini, misalnya, adalah rekaan Nicolas dari Suriah pada abad kedua setelah masehi. Ia berkisah soal seorang pria yang diluncurkan ke bulan dan bertemu terulang makhluk aneh. Karena saat itu wilayah tersebut dikuasai Romawi, tokoh yang direkam Nicolas tentu berbicara bahasa Yunani.

Nah, bagaimana dengan makhluk ekstraterestrial-nya sendiri? Tulisan paling tua soal kedatangan makhluk dari planet lain ke bumi muncul pada abad ke-13. Ia hadir dari kepala seorang ilmuwan Muslim.

Sama terkejutnya dengan pembaca yang budiman, saya diberitahu hal ini oleh seorang penulis Lebanon, Amal el-Mokhtar. Meski ia seorang Nasrani, novelis perempuan itu sepenuhnya mengakui bahwa makhluk dari planet lain pertama kali dikisahkan oleh Zakariya al-Qazwini yang hidup pada abad ke-13 di Qazwin, wilayah Iran saat ini.

Al-Qazwini terkenal dengan bukunya Ajāʾib al-makhlūqāt wa-gharāʾib al-mawjūdāt yang menggambarkan keajaiban makhluk-makhluk bumi. Ia juga seorang kosmografi dan geografer ternama.

Ilustrasi makhluk-makhluk ajaib dalam Ajāʾib al-makhlūqāt wa-gharāʾib al-mawjūdāt karya Al-Qazwini.
Ilustrasi makhluk-makhluk ajaib dalam Ajāʾib al-makhlūqāt wa-gharāʾib al-mawjūdāt karya Al-Qazwini.

Alkisah, dalam kisah Awaj bin Anfaq, ia berkisah soal sesosok alien yang mengunjungi bumi. Ia ke sini untuk mencatat tindak tanduk umat manusia. Sang makhluk dari planet lain tersebut kemudian Terkagum-kagum dengan keunikan dan kecanggihan spesies kita.

Dari mana al-Qazwini mendapatkan ide tersebut kita tak sebegitu paham. Tapi ada riwayat begini yang dicatat ulama abad ke-20 Abul A'la al-Maududi dalam komentar Alqurannya terkait tafsir Surat Attalaq ayat 12.

Bunyi ayat tersebut, "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

Abul A'la al-Maududi. (istimewa)
Abul A'la al-Maududi. (istimewa)

Dengan panjang lebar, Maududi menjelaskan, arti dari ayat tersebut adalah bahwa Allah telah menciptakan bumi-bumi lain yang dihuni oleh makhluk berakal seperti manusia dan makhluk-makhluk lainnya. "Dengan lain kata, gemintang dan planet-planet yang tak terhitung jumlahnya tak semuanya ditelantarkan. Tapi, seperti bumi, banyak di antaranya yang ditinggali," tulis Maududi.

Ia mendasari pendapat itu dengan mengutip Ibnu Abbas, salah satu sahabat Nabi Muhammad dan salah satu penafsir awal Alquran. Maududi mengutip kisah yang jamak diriwayatkan ulama-ulama terdahulu bahwa Ibnu Abbas mulanya enggan menyampaikan tafsir terhadap ayat tersebut karena khawatir keimanan umat Islam bakal terguncang.

Meskipun begitu, tulis Maududi, para penafsir klasik seperti Ibnu Jaarir Atthabari, Ibnu Abi Hatim Arrazi, dan Imam Baihaqi, juga mengutip keterangan tambahan dari Ibnu Abbas. "Dalam tiap-tiap bumi tersebut, terdapat rasul seperti Rasul kalian, Adam seperti Adam kalian, Nuh seperti Nuh kalian, Ibrahim seperti Ibrahim kalian, dan Isa seperti Isa kalian," adalah bunyi kutipan tersebut.

Al-Maududi mengakui, tak semua penafsir klasik mengakui keabsahan riwayat tersebut. Bagaimanapun, hal tersebut tak membatalkan fakta bahwa gagasan soal kehidupan cerdas di luar bumi sudah bercokol di kepala umat Islam sejak lama. Jauh sebelum mereka bicara bahasa Inggris, salah satu mereka yang datang dalam kisah rekaan al-Qazwini bicara bahasa Arab.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image