Ahad 20 Feb 2022 14:22 WIB

Arab Saudi Rencanakan Putaran Baru Pembicaraan dengan Iran

Arab Saudi mendesak pemerintah Iran untuk mengubah perilakunya di kawasan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Arab Saudi mendesak pemerintah Iran untuk mengubah perilakunya di kawasan. Ilustrasi.
Foto: AP/Reuters/FinancialTimes
Arab Saudi mendesak pemerintah Iran untuk mengubah perilakunya di kawasan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI - Menteri Luar Negeri Arab Saudi pada Sabtu (19/2/2022) mengatakan pihaknya sedang berupaya untuk menjadwalkan putaran kelima pembicaraan langsung dengan Iran meskipun sejauh ini "kurang kemajuan substantif". Pemerintah Arab Saudi mendesak pemerintah Iran untuk mengubah perilakunya di kawasan.

Arab Saudi dan Iran, yang memutuskan hubungan pada 2016, meluncurkan pembicaraan pada 2021 yang diselenggarakan oleh Irak ketika kekuatan global berusaha menyelamatkan perjanjian nuklir dengan Teheran. Perjanjian nuklir Iran itu dianggap cacat oleh negara-negara Teluk karena tidak menangani program rudal dan jaringan proksi Iran.

Baca Juga

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan jika perjanjian nuklir 2015 dihidupkan kembali, itu harus menjadi "titik awal, bukan titik akhir" untuk mengatasi masalah regional. Dia juga mengatakan bahwa Riyadh tetap tertarik untuk melakukan pembicaraan dengan Iran.

"Itu tentu membutuhkan keinginan serius dari negara tetangga kami Iran untuk mengatasi masalah mendasar yang ada. Kami berharap ada keinginan serius untuk menemukan suatu modus operandi baru," katanya.

"Jika kami melihat kemajuan substantif pada dokumen-dokumen itu, maka ya pemulihan hubungan mungkin dilakukan. Sejauh ini kami belum melihat hal itu," terang Faisal pada Konferensi Keamanan Munich.

Arab Saudi dengan mayoritas populasi Muslim Suni dan Iran dengan Muslim Syiah bersaing untuk mendapatkan pengaruh dalam suatu persaingan yang telah terjadi di seluruh kawasan Timur Tengah dalam peristiwa-peristiwa, seperti perang di Yaman dan di Lebanon. Pada awal Februari 2022, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan Teheran siap untuk melakukan lebih banyak perundingan jika Riyadh bersedia melakukan pembicaraan dalam suasana saling pengertian dan saling hormat.

Ketegangan antara kedua negara melonjak pada 2019 setelah serangan terhadap pabrik minyak Saudi yang dituduhkan Riyadh dilakukan oleh Iran. Namun tuduhan itu telah dibantah Teheran. Ketegangan antara Saudi dan Iran terus membara di Yaman di mana koalisi pimpinan Saudi memerangi gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran.

Pangeran Faisal mengatakan Iran terus menyediakan rudal balistik dan suku cadang pesawat nirawak serta senjata konvensional kepada Houthi. Akan tetapi tuduhan itu dibantah oleh Teheran dan kelompok Houthi. "Langkah ini tidak berkontribusi untuk menemukan jalan untuk menyelesaikan konflik (di Yaman), tetapi kami berkomitmen dan kami mendukung perwakilan PBB," kata Faisal merujuk pada upaya yang dipimpin PBB untuk gencatan senjata di Yaman.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement