Senin 21 Feb 2022 00:10 WIB

Survei: Warga Khawatir Omicron Tapi Menolak Sekolah Online

Makin takut tertular Omicron, akan lebih patuh pada kebijakan pemerintah dan prokes.

Rep: Mabruroh/ Red: Andi Nur Aminah
Burhanuddin Muhtadi
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Burhanuddin Muhtadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indokator, Burhanudin Muhtadi mengatakan bahwa hasil survei menyebutkan masyarakat Indonesia cenderung khawatir tertular varian Omicron. Kendati demikian, masyarakat juga menolak apabila pembelajaran jarak jauh terus menerus dilakukan. 

Dalam survei ini, Burhan melihat kecenderungan masyarakat yang bervariasi. Masyarakat yang sangat khawatir tertular Omicron tentunya akan lebih patuh pada kebijakan termasuk mendukung vaksin booster, tes PCR, dan taat pada prokes.  “Semakin khawatir tertular Omicron, semakin dia setuju dengan tes PCR, setuju dengan booster, setuju juga dengan vaksin anak. Tapi tidak setuju dengan sekolah online. Jadi orang boleh khawatir tertular Omicron tapi tetap setuju PTM di sekolah. Di mata mereka PTM tetap berjalan, prokes berjalan dan vaksin anak digencarkan,” kata Burhan, Ahad (20/2/2022).

Baca Juga

Peneliti Senior Indikator Politik Indonesia, Rizka Halida mengatakan, sebanyak 66,8 persen masyarakat cenderung khawatir akan tertular Omicron. Kemudian sebanyak 40,4 persen cenderung setuju dengan tes PCR sebagai syarat perjalanan selama pandemi Covid-19.

“Yang setuju di kalangan usia muda 21 hingga 25 tahun. Untuk etnis Betawi Minang berimbang, agama non Islam banyak yang setuju, berdasarkan pendidian dan pekerjaan, cenderung tidak setuju. Tapi mereka yang kerja sebagai pegawai banyak yang setuju, dan di kalangan warga dengan pendapatan tinggi cenderung sangat setuju,” terangnya.

Kemudian, vaksin booster dan vaksin anak pun, responden cenderung banyak yang setuju. Total 61,5 persen setuju dengan vaksin booster, adapun yang tidak setuju 25,8 persen dan sangat tidak setuju 6,4 persen. “Jadi cukup banyak yang tidak setuju tapi mayorits setuju dengan booster,” ujarnya.

Selanjutnya vaksin anak usia 3 hingga 12 tahun, survei yang dilakukan pada Desember 2021 itu mayoritas saat itu yang tidak setuju ada 63,2 persen dan 34,2 persen setuju.

“Kemudian di survei online tidak setuju menjadi 45,1 persen dan setuju 48,7 persen. Artinya saat ini semakin banyak warga setuju dengan pemberian vaksin untuk anak,” ujar Rizka.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement