Senin 21 Feb 2022 14:11 WIB

Ikuti Inggris, Belanda Pindahkan Kedutaan di Kiev

Kedutaan dikatakan akan dipindahkan ke kota lain oleh karena alasan keamanan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Demonstran berkerumun membawa bendera Ukraina di Odessa, Ukraina, Ahad (20/2/2022).
Foto: AP Photo/Emilio Morenatti
Demonstran berkerumun membawa bendera Ukraina di Odessa, Ukraina, Ahad (20/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Belanda mengumumkan akan memindahkan sementara kedutaannya dari ibu kota Ukraina, Kiev, Ahad (20/2/2022) waktu setempat. Kedutaan dikatakan akan dipindahkan ke kota lain oleh karena alasan keamanan.

"Kedutaan di Kyiv akan melanjutkan operasinya dari kota barat Lviv untuk saat ini," kata Kementerian Luar Negeri Belanda di Twitter seperti dikutip laman Anadolu Agency, Senin.

Baca Juga

Sebelumnya, pada Jumat (18/2/2022), Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan, bahwa Kedutaan Besarnya di Kiev dipindahkan untuk sementara menyusul potensi serangan yang meningkat. Inggris juga mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina selagi perjalanan komersial masih tersedia.

Kantor perwakilan Inggris di Kiev dikatakan dipindahkan sementara. Staf beroperasi dari kantor kedutaan di kota Lyiv.

"Setiap tindakan militer Rusia di Ukraina akan sangat mempengaruhi kemampuan pemerintah Inggris untuk memberikan bantuan konsuler di Ukraina," kata kementerian luar negeri Inggris dalam pernyataannya pekan lalu.

"Warga negara Inggris seharusnya tidak mengharapkan peningkatan dukungan konsuler atau bantuan untuk evakuasi dalam keadaan seperti ini."

Ketegangan meningkat di Ukraina timur dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah laporan muncul terkait pelanggaran gencatan senjata, beberapa insiden penembakan, dan evakuasi warga sipil dari wilayah separatis pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk.

Negara-negara Barat menuduh Rusia mengumpulkan hampir 150 ribu tentara di sepanjang perbatasan Ukraina. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa Rusia dapat merencanakan serangan militer terhadap bekas tetangga Sovietnya itu kapan saja mengingat jarak yang dekat dari penempatan pasukan itu.

Kendati begitu, Moskow berulang kali membantah tuduhan rencana invasi Ukraina. Sebaliknya, negara yang dipimpin Vladimir Putin itu menuduh negara-negara Barat merusak keamanan Rusia melalui ekspansi NATO ke perbatasannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement