Kamis 24 Feb 2022 13:07 WIB

Sarapan Tetap Penting bagi Tubuh

Sarapan penting untuk dilakukan salah satunya sebagai sumber energi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sarapan Tetap Penting bagi Tubuh (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com.
Sarapan Tetap Penting bagi Tubuh (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Sarapan menjadi waktu makan yang sering terabaikan kebanyakan orang. Beragam alasan melewatkan sarapan mulai dari tidak sempat hingga tidak terbiasa sarapan. Padahal, banyak manfaat dari sarapan pagi dan penting bagi tubuh kita.

Ahli gizi UGM, Dr Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih mengatakan, sarapan penting untuk dilakukan salah satunya sebagai sumber energi atau penyedia bahan bakar bagi tubuh untuk beraktivitas siang hari. Apalagi, selama tidur tidak makan dan minum.

Baca Juga

"Kalau habis tidur delapan jam tidak makan dan minum, otomatis kadar glukosa dalam tubuh rendah. Jika tidak mengonsumsi makanan setelah bangun tidur, maka akan lemas karena tidak ada bahan bakar yang masuk," kata Mirza, Kamis (24/2).

Mirza menilai, sarapan pagi menjadi makanan yang tidak akan pernah disimpan dalam tubuh sebagai lemak karena digunakan untuk beraktivitas. Dengan begitu, yang ingin menjaga berat badan tidak perlu melewatkan sarapan dan khawatir berat badan naik.

Sebab, jika melewatkan sarapan membuat tingkat lapar lebih besar saat makan siang dan sore. Asupan makanan saat makan siang dan sore lebih banyak, padahal aktivitas cenderung berkurang atau tidak sepadat pagi hari, sehingga menjadi simpanan lemak.

Manfaat lain sarapan menjadi sumber energi bagi otak, sehingga meningkatkan fungsi kognitif dan konsentrasi. Sebaliknya, jika tidak sarapan, maka akan membuat fungsi kognitif otak berkurang. Sebab, glukosa dari karbohidrat menjadi energi bagi otak.

"Dengan sarapan, otomatis membuat otak berfungsi dengan baik dan bagi anak-anak atau pelajar membantu meningkatkan kecerdasan memori mata pelajaran yang didapat," ujar Mirza.

Selain itu, sarapan menjaga suasana hati. Sarapan jadi bahan energi yang membuat kondisi otak segar, sehingga mood bagus. Sebaliknya, kondisi lapar membuat otak lelah dan memengaruhi mood, saat beraktivitas menjadi lesu ataupun mudah emosi.

Ia menyebut, sarapan dapat mencegah penyakit maag. Sebab, dengan sarapan lambung terisi makanan yang menetralisir asam lambung. Bila lambung kosong terlalu lama meningkatkan asam lambung dan jika terus dibiarkan akan memicu mual dan muntah.

Dosen Departemen Gizi Kesehatan FKKMK UGM ini mengimbau masyarakat tidak lewatkan sarapan. Sebab, tidak hanya berpengaruh tubuh dan otak dalam jangka pendek, tapi ada ancaman jangka panjang yang mengintai jika terlalu sering mengabaikan sarapan.

Mirza mengingatkan, orang yang sering melewatkan sarapan lebih beresiko terkena jantung koroner. Dari riset terdulu, disebutkan kalau orang dalam rentang usia 45-82 tahun yang melewatkan sarapan beresiko lebih tinggi terkena jantung koroner.

"Riset ini sudah berlangsung selama 16 tahun, sehingga menunjukkan jika resiko tersebut tidak main-main," kata Mirza.

Bila jantung koroner, lebih beresiko serangan jantung. Kebiasaan melewati sarapan memicu obesitas, memicu penyakit-penyakit lain. Tidak sarapan menjadikan tingkat lapar tinggi, dan makan kalap dalam porsi tidak terkontrol siang atau malam hari.

Kecenderungan yang dipilih makanan cepat konsumsi, tinggi lemak, memicu diabetes, darah tinggi dan serangan jantung. Resiko lain terkena kanker karena dengan kita melewatkan sarapan menyebabkan keseimbangan metabolisme dalam tubuh terganggu.

Gangguan metabolik dalam tubuh dapat menyebabkan tubuh berlebih atau kurang zat penting untuk kebutuhan sel, meningkatkan resiko kanker. Melewatkan sarapan bisa menurunkan fungsi otak, dan penurunan fungsi kognitif salah satunya demensia.

Sarapan harus dipertahankan sebagai kebiasaan dan diperbaiki karena dampaknya akan terasa jangka panjang. Hal itu menjadikan rentan masalah kesehatan yang berhubungan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi dunia.

Mirza menyampaikan, penentuan waktu makan telah dikaji tidak hanya berdasarkan kebiasaan. Namun, terdapat kajian ilmiah yang dilakukan berdasarkan jumlah energi yang digunakan (energy expenditure ) selama 24 jam seseorang melakukan kegiatan.

Kebutuhan energy expenditure meningkat seiring berjalan waktu. Saat siang- sore biasa meningkat dan menurun perlahan saat malam. Puncak kebutuhan energi berbeda, jadi alasan waktu makan pagi, siang dan malam berbeda didasari kebutuhan energi.

"Jam 6-9 waktu bagus untuk sarapan pagi dan idealnya antara jam 7-8, namun bisa disesuaikan aktivitas. Jangan sampai lewat jam 9 karena sudah masuk persiapan pemenuhan kebutuhan makan siang," ujar Mirza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement