Kamis 24 Feb 2022 19:19 WIB

Invasi Rusia ke Ukraina, Sekjen PBB: Momen Paling Menyedihkan

Sekjen PBB meminta menarik mundur pasukannya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Agung Sasongko
Asap mengepul dari pangkalan pertahanan udara setelah serangan Rusia di Mariupol, Ukraina, Kamis (24/2/2022). Pasukan Rusia telah meluncurkan serangan ke Ukraina.
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka
Asap mengepul dari pangkalan pertahanan udara setelah serangan Rusia di Mariupol, Ukraina, Kamis (24/2/2022). Pasukan Rusia telah meluncurkan serangan ke Ukraina.

IHRAM.CO.ID,  NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan serangan Rusia ke Ukraina merupakan "momen paling menyedihkan"."Atas nama kemanusiaan, tarik mundur pasukan anda ke Rusia," kata Guterres membuka rapat darurat Dewan Keamanan pada Rabu (23/2) waktu New York, Amerika Serikat (AS) atau Kamis (24/2/2022) waktu Indonesia.

Namun dalam pertemuan itu Putin mengumumkan ia melancarkan "operasi militer khusus" ke Ukraina timur. Guterres mendesak presiden Rusia itu untuk menarik pasukannya dari Ukraina.

Baca Juga

"Atas nama kemanusiaan jangan biarkan dimulai perang terburuk yang dapat terjadi sejak awal abad ini di Eropa, dengan konsekuensi yang tidak hanya ditanggung Ukraina, tidak hanya tragis bagi Federasi Rusia, tapi dengan dampak yang tidak dapat kami bayangkan pada ekonomi global," kata Guterres.

Ia menambahkan perang akan mengakibatkan kematian dan pengungsian. Rakyat akan kehilangan harapan pada masa depan. Ia mengatakan tindakan Rusia akan merusak perekonomian global.

"Apa yang jelas bagi saya perang ini tidak masuk akal," kata Guterres seraya menambahkan perang ini melanggar Piagam PBB dan akan menimbulkan penderitaan yang tidak pernah dialami Eropa sejak krisis Balkan pada 1990-an.

Tidak lama setelah Putin mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina. Pasar saham Asia anjlok dan harga minyak melonjak.

Benchmark pasar saham di Tokyo dan Seoul turun 2 persen sementara Hong Kong dan Sydney kehilangan lebih dari persen. Harga minyak mentah Brent menembus di atas 102 dollar AS per barel, harga tertinggi sejak September 2014. Harga minyak itu naik sekitar 5,22 dollar AS atau 5,4 persen dari harga sebelumnya.

Sebelumnya benchmark S&P 500 index Wall Street turun 1,5 persen, terendah dalam delapan bulan terakhir. Investor gelisah tentang kemungkinan dampak rencana Federal Reserve mencoba mendinginkan inflasi dengan menarik suku bunga ke level yang sangat rendah dan stimulus lain yang akan mendorong harga saham. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement