Jumat 25 Feb 2022 05:50 WIB

Hubungan Turki dan Israel, 2 Negara yang Kembali Mesra

Turki dan Israel kembali perkuat hubungn setelah pernah bersitegang

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Turki dan Israel. Turki dan Israel kembali perkuat hubungn setelah pernah bersitegang
Bendera Turki dan Israel. Turki dan Israel kembali perkuat hubungn setelah pernah bersitegang

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Makan malam baru-baru ini di Washington menunjukkan bahwa kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog yang akan datang ke Turki bisa lebih dari sekadar mengakhiri hubungan yang tegang antara dua sekutu sebelumnya. 

Acara makan malam itu diprakarsai oleh seorang pemimpin Yahudi Amerika yang berpengaruh, Malcolm Hoenlein, yang merupakan Wakil Ketua Konferensi Presiden Organisasi-organisasi Besar Yahudi Amerika. 

Baca Juga

Acara tersebut dihadiri oleh Duta Besar Washington untuk Israel, Turki, Uzbekistan, dan Kazakhstan, dan diselenggarakan oleh utusan Azerbaijan. 

Kegiatan ini dirancang untuk menemukan jalan menuju kerjasama ekonomi dan keamanan yang lebih erat antara Israel dan negara-negara rumpun bangsa Turki,yang memiliki hubungan diplomatik dengan negara Yahudi ini. 

Pentingnya acara makan malam ini tidak hanya terletak pada kenyataan bahwa itu terjadi sebelum kunjungan Herzog. Para duta besar bertemu ketika krisis Ukraina memaksa Turki untuk memilih antara NATO dan Rusia. 

Selain itu, tiga bulan sebelumnya Turki, Azerbaijan, dan negara-negara Asia Tengah berusaha untuk menghembuskan kehidupan baru ke dalam Dewan Kerjasama Negara-negara Berbahasa Turki mereka. 

Turki merupakan anggota NATO yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia yang telah berinvestasi dalam sistem anti-rudal Rusia. 

Namun negara ini kini mendukung Ukraina, mempererat kerja sama militer dengan negara Eropa Timur yang diperangi, dan mengutuk pendudukan Rusia atas Krimea pada 2014. Recep Tayyip Erdogan telah mengunjungi Kyiv, Ukraina, awal bulan ini, tetapi tawarannya untuk menengahi konflik Ukraina dengan Rusia ditolak oleh Moskow. 

Sementara itu, Erdogan mengatakan dia ingin melanjutkan pembicaraan dengan Israel tentang pengangkutan gas Israel ke Eropa. Pasokan gas Eropa bisa terancam jika Barat memberikan sanksi kepada Rusia sebagai tanggapan atas potensi operasi militer Rusia di Ukraina. 

Sanksi tersebut dapat menghentikan penjualan gas Rusia ke Eropa. Terlebih lagi, sanksi juga dapat mempengaruhi TurkStream, sebuah pipa gas yang melewati Ukraina dengan mengalir dari Rusia di bawah Laut Hitam ke Turki, dari mana gas dipompa ke Eropa. 

Kerja sama gas Turki-Israel akan memperkuat upaya Erdogan untuk memposisikan Turki sebagai pusat energi alternatif untuk Eropa.

Baca juga: Mualaf Edy, Takluknya Sang Misionaris di Hadapan Surat Al Ikhlas

 

Azerbaijan telah mengatakan siap untuk memasok Eropa dengan gas darurat yang akan mengalir melalui Turki jika krisis Ukraina mengganggu pengiriman Rusia. 

Isaac Herzog akan terbang ke Turki pada 9 Maret 2022. Dalam melakukannya dia akan menjadi kepala negara Israel pertama yang mengunjungi negara itu dalam 15 tahun.

Saudara laki-laki Herzog, Michael, menghadiri makan malam yang disebutkan di Washington dalam kapasitasnya sebagai duta besar Israel. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement