Jumat 25 Feb 2022 21:27 WIB

Pembantaian di Masjid Ibrahimi 28 Tahun Lalu, Kesyahidan Saat Sujud

Warga Israel melakukan penembakan brutal di Masjid Ibrahim 28 tahun lalu

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Masjid Ibrahimi di Kota Hebron, Tepi Barat, Palestina saksi pembantaian umat Islam 28 tahun lalu.
Foto: Al-Markaz Al-Filistini Lil I'lam
Masjid Ibrahimi di Kota Hebron, Tepi Barat, Palestina saksi pembantaian umat Islam 28 tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Tepat 28 tahun yang lalu, seorang dokter militer Israel kelahiran Amerika Serikat masuk ke Masjid Ibrahimi di Hebron, dengan membawa senapan serbu Galil.

Ratusan orang palestina yang sedang berdoa terpaksa menjadi saksi dan korban atas peristiwa yang berlangsung dini hari, saat bulan suci Ramadhan. 

Baca Juga

Baruch Goldstein, yang beremigrasi ke Israel pada 1983, tinggal di pemukiman Kiryat Arba di pinggiran kota. Saat umat Muslim sedang sujud, Goldstein melepaskan tembakan. 

Dia mengisi ulang senjatanya setidaknya sekali, sebelum melanjutkan serangannya selama mungkin dan akhirnya kalah setelah dipukuli sampai mati. Pada saat dia dihentikan, 29 jamaah dilaporkan tewas, serta lebih dari seratus lainnya terluka. 

Dilansir di Wafa, Jumat (25/2), Pemerintah Israel lantas segera mengeluarkan pernyataan mengutuk tindakan tersebut. Mereka menyatakan Goldstein bertindak sendiri dan mengalami gangguan secara psikologis. 

Kejadian pembantaian itu dilaporkan secara luas di media internasional. Namun, banyak orang Palestina yang tinggal di wilayah itu percaya jika cerita lengkapnya tidak pernah disebarkan. 

Sebanyak 29 orang yang tewas di dalam masjid bukanlah satu-satunya syuhada hari itu. Penduduk setempat memperkirakan jumlah akhir kematian antara 50 hingga 70 orang, sementara diperkirakan 250 orang lainnya terluka. 

Setelah serangan awal di dalam masjid, lebih banyak orang Palestina dibunuh  tentara Israel selama protes di luar masjid, di luar rumah sakit Ahli Hebron, bahkan di pemakaman lokal saat seorang jenazah dikuburkan. 

Beberapa orang yang selamat dari pembantaian tersebut juga melaporkan mereka ditembak oleh pria bersenjata kedua di dalam masjid. 

Korban mengklaim kejadian ini adalah serangan terencana yang telah diketahui oleh militer Israel sebelumnya. Tak seorang pun warga di lokasi yang percaya cerita resmi Goldstein bertindak sepenuhnya sendirian. 

Setelah kejadian itu, Israel memerintahkan 520 bisnis tutup dalam semalam, yang mana mereka tetap tutup hingga hari ini. Jalan Shuhaha, jalan utama melalui kota, kemudian ditutup. 

Goldstein adalah pendukung rabi ekstremis Meir Kahane, seorang Yahudi Ortodoks Amerika yang dikenal karena ideologi ultra-nasionalisnya. Ia mendirikan partai Kach pada 1971. 

Kach lantas dikabarkan menganjurkan pemindahan paksa orang-orang Palestina dari Israel dan wilayah Palestina yang diduduki (oPt). 

Bagi warga Palestina, pembantaian itu merupakan indikasi bahaya yang ditimbulkan oleh proyek pemukiman ilegal Israel.  

Kehidupan sehari-hari bagi warga Palestina di Hebron, khususnya di Kota Tua, sejak itu menjadi tak tertahankan. Tak hanya jalan Al-Shuhada ditutup, kekerasan pemukim terhadap warga Palestina masih sering terjadi. 

 

Sumber: wafa 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement