Sabtu 26 Feb 2022 06:07 WIB

Rusia Terima Permintaan Dialog dengan Ukraina

PBB melaporkan 25 kematian warga sipil akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Seorang tentara Ukraina duduk terluka dalam baku tembak di dalam kota Kyiv, Ukraina, Jumat, 25 Februari 2022. Rusia menekan invasi ke Ukraina ke pinggiran ibukota Jumat setelah melepaskan serangan udara di kota-kota dan pangkalan militer dan mengirimkan pasukan dan tank dari tiga sisi dalam serangan yang bisa menulis ulang tatanan keamanan global pasca-Perang Dingin.
Foto: AP Photo/Emilio Morenatti
Seorang tentara Ukraina duduk terluka dalam baku tembak di dalam kota Kyiv, Ukraina, Jumat, 25 Februari 2022. Rusia menekan invasi ke Ukraina ke pinggiran ibukota Jumat setelah melepaskan serangan udara di kota-kota dan pangkalan militer dan mengirimkan pasukan dan tank dari tiga sisi dalam serangan yang bisa menulis ulang tatanan keamanan global pasca-Perang Dingin.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pasukan Rusia menyerang ibu kota Ukraina, Kiev, dengan tembakan dan ledakan bergema semakin dekat ke markas pemerintah. Istana Kremlin mengatakan Rusia siap untuk berbicara dengan pejabat Ukraina.

Meski Istana Kremlin menyatakan membuka pembicaraan, nyatanya serangan terhadap Ukraina tidak berhenti. Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin justru terlihat berusaha untuk menggulingkan pemerintah Ukraina.

Baca Juga

Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia mengakui Volodymyr Zelenskyy sebagai presiden Ukraina. Namun,  tidak mengatakan berapa lama operasi militer Rusia dapat berlangsung.

Putin hingga saat ini belum mengatakan apa rencana utamanya untuk Ukraina. Namun Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memberi petunjuk dengan menyatakan bahwa Rusia ingin membiarkan rakyat Ukraina menentukan nasibnya sendiri.

Zelenskyy memohon kepada pemerintah Rusia untuk mengadakan pembicaraan. Sedangkan dia meminta kekuatan Barat untuk bertindak lebih cepat untuk memotong ekonomi Rusia dan memberikan bantuan militer Ukraina.

"Jika Anda tidak membantu kami sekarang, jika Anda gagal menawarkan bantuan yang kuat ke Ukraina, besok perang akan mengetuk pintu Anda," kata pemimpin yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskow, mengumumkan darurat militer dan memerintahkan militer penuh yang akan berlangsung selama 90 hari.

"Ketika bom jatuh di Kiev, itu terjadi di Eropa, bukan hanya di Ukraina. Ketika rudal membunuh orang-orang kami, mereka membunuh semua orang Eropa," ujar Zelenskyy.

Keberadaan Zelenskyy dirahasiakan, setelah memberi tahu para pemimpin Eropa bahwa menjadi daftar target utama Rusia. Dia juga menawarkan untuk bernegosiasi tentang salah satu tuntutan utama Putin bahwa Ukraina menyatakan dirinya netral dan meninggalkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO. Sikap itu pun langsung mendapatkan tanggapan dengan Istana Kremlin menjawab bahwa Rusia siap mengirim delegasi ke Belarus untuk membahas itu.

Pada hari ke-2 invasi Rusia ke Ukraina terfokus pada ibu kota. Pihak berwenang Ukraina menggunakan kendaraan lapis baja dan bajak salju untuk mempertahankan Kiev dan membatasi pergerakan. Mata-mata Rusia diduga berusaha menyusup ke kota.

Militer Rusia mengatakan telah merebut bandara strategis di luar Kiev yang memungkinkannya dengan cepat membangun kekuatan untuk merebut ibu kota. Militer mengklaim telah memotong kota dari barat dengan barisan mobil meliuk-liuk menuju perbatasan Polandia.

Kebakaran hebat terjadi di sebuah jembatan di seberang Sungai Dneiper yang membagi sisi timur dan barat Kiev. Sekitar 200 pasukan Ukraina membangun posisi pertahanan dan berlindung di belakang kendaraan lapis baja dan di bawah jembatan.

Pejabat Ukraina melaporkan setidaknya 137 kematian di pihak Ukraina dan mengklaim ratusan di pihak Rusia. Pihak berwenang Rusia tidak merilis angka korban dan tidak mungkin untuk memverifikasi jumlah korban.

Tapi, pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan 25 kematian warga sipil, sebagian besar dari penembakan dan serangan udara. PBB mengatakan bahwa 100.000 orang diyakini telah meninggalkan rumah mereka di Ukraina dan diperkirakan hingga 4 juta dapat melarikan diri jika pertempuran meningkat.

Serangan yang telah menelan banyak korban ini telahdiantisipasi selama berminggu-minggu oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat dan menjadiperang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Setelah berulang kali menyangkal rencana untuk menyerang, Putin melancarkan serangannya ke negara itu.

Invasi Rusia ke Ukraina dimulai Kamis (24/2/2022) pagi dengan serangkaian serangan rudal di kota-kota dan pangkalan militer. Kemudian peristiwa itu dengan cepat diikuti dengan serangan darat multi-cabang yang menggulung pasukan dari beberapa daerah di timur, dari wilayah selatan Krimea yang dianeksasi Rusia pada 2014 dan dari Belarus ke utara.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement