Sabtu 26 Feb 2022 17:16 WIB

Hebitren Bank Indonesia Bidik Pengembangan Bisnis 1000 Ponpes

Jumlah pondok pesantren di Indonesia tercatat mencapai 36 ribu.

Kepala Kpw BI Purwokerto dan pengurus Hebitren Banyumas melakukn panen bersama padi organik di sawah Ponpes Miftahul Huda Rawalo, Sabtu (26/2).
Foto: idealisa masyrafina
Kepala Kpw BI Purwokerto dan pengurus Hebitren Banyumas melakukn panen bersama padi organik di sawah Ponpes Miftahul Huda Rawalo, Sabtu (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) bersama dengan Bank Indonesia (BI) menargetkan sebanyak 1000 pondok pesantren untuk dikembangkan sektor usahanya.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum DPP Hebitren KH Muhammad Hasib Wahab Hasbullah usai acara pengukuhan pengurus Hebitren Eks Karesidenan Banyumas di Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo, Desa Pesawahan, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas, Sabtu (26/2)."Untuk se-Indonesia ditargetkan menjadi 1000 pesantren tahun ini dari sebelumnya 500 pesantren," ujar KH. Hasib.

Baca Juga

Menurut KH. Hasib, jumlah pondok pesantren di Indonesia tercatat mencapai 36 ribu. Namun, Hebitren tahun ini akan fokus pada 1000 ponpes yang sektor usahanya tengah berkembang.

Untuk di Banyumas sendiri, Hebitren menargetkan minimal sebanyak 150 ponpes akan bergabung di tahun ini. Saat ini jumlah ponpes di Banyumas yang bergabung di Hebitren baru mencapai belasan. Melalui Hebitren, diharapkan bisnis ponpes di wilayah eks karesidenan Banyumas agar semakin berkembang.

Salah satu upaya yang akan dilakukan yakni dengan mereplikasi ekosistem bisnis pesantren yang sudah lebih dulu berkembang. Hebitren Jawa Barat memiliki beberapa ponpes yang telah berhasil mengekspor produk-produk pertaniannya.

"Kita bisa replikasi anggota hebitren kita yang berhasil sudah sampai ekspor, seperti di ponpes di Jabar dengan budidaya melon. Bisa dikembangkan, dialihkan teknologinya ke ekosistem yang ada di Hebitren Banyumas," ujar KH. Hasib.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Rony Hartawan mengatakan, salah satu upaya untuk mengembangkan ekonomi syariah yakni dengan fokus mengembangkan usaha-usaha yang berada di pesantren, sehingga membentuk suatu ekosistem.

"Untuk Hebitren ini kita bukan membangun satu-satu, tetapi membangun ekosistem, kuncinya ekosistem. Jadi, dari hulu ke hilirnya harus jelas," ujar Rony.

Menurut Rony, saat ini sebagai negara muslim, ekonomi syariah Indonesia masih berada di belakang negara-negara lain, terutama negara tetangga Malaysia. Program Hebitren, yang diluncurkan pada 2019 lalu, diyakini dapat mendorong pengembangan ekonomi berbasis pesantren.

Dengan sinergi dari seluruh pesantren di Indonesia, skala bisnisnya akan menjadi besar, sehingga secara bertahap dapat menyasar pasar global."BI concern dengan kemajuan ekonomi, dan salah satunya dari ekspor. Awalnya pesantren bisa swasembada, tapi ke depannya bagaimana bisa keluar (ekspor), pesantren tidak hanya nasional tapi mengglobal," tuturnya.

Sementara itu untuk wilayah Banyumas, ia menyebut bahwa potensi sektor perekonomian yang bisa digarap diantaranya pariwisata, pertanian, pengolahan makanan, dan UMKM lainnya. Bahkan, sektor pariwisata juga bisa disinergikan dengan pertanian melalui pembangunan desa wisata. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement