Sabtu 26 Feb 2022 19:27 WIB

China Gelar Latihan Pendaratan Pasukan di Laut China Timur

Satu unit kapal pendaratan besar dan dua kapal pendaratan utilitas dikerahkan.

Kapal Perang China (ilustrasi). Satu unit kapal pendaratan besar dan dua kapal pendaratan utilitas telah melakukan pelatihan terintegrasi
Foto: AP/Mohammad Farooq
Kapal Perang China (ilustrasi). Satu unit kapal pendaratan besar dan dua kapal pendaratan utilitas telah melakukan pelatihan terintegrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan latihan pendaratan di Laut China Timur dengan menggunakan kapal perang baru.Satu unit kapal pendaratan besar dan dua kapal pendaratan utilitas telah melakukan pelatihan terintegrasi dalam menjalankan misi pendaratan amfibi di wilayah yang dirahasiakan di Laut China Timur.

Komando Angkatan Laut Armada Timur PLA di Beijing, Sabtu (26/2/2022) mengatakan, kapal tersebut dapat mengangkut kendaraan lapis baja berikut pasukan sehingga sangat cocok untuk menjalankan misi pendaratan berskala besar.Komando Armada Timur menyatakan bahwa latihan tersebut untuk menguji kemampuan tempur kapal pendaratan dalam jangka waktu yang lama dan berdaya jelajah jauh.

Baca Juga

Sementara itu, pihak Kementerian Pertahanan Nasional China (MND) mengakui bahwa lokasi latihan tersebut dekat dengan wilayah Taiwan.Operasi PLA berada di kawasan dekat wilayah udara dan maritim Taiwan dengan mengerahkan beberapa satuan kecabangan dinas militer, kapal, dan pesawat sebagai respons terhadap pasukan pendukung kemerdekaan Taiwan, demikian juru bicara MND Kolonel Senior Tan Kefei.

"Selama pasukan separatis Taiwan tidak berhenti melakukan provokasi, PLA tidak akan berhenti bertindak demi menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial," ujarnya.

Beijing sebelumnya juga menyoroti keprihatinan pemimpin Taiwan Tsai Ing Wen atas invasi Rusia terhadap Ukraina.Apa yang terjadi antara Ukraina dan Rusia itu merupakan sengketa kedua negara berdaulat. Masalah Taiwan itu urusan dalam negeri China. Empati semacam itu adalah rekayasa untuk mengeksploitasi krisis Ukraina yang berbeda sama sekali dengan situasi di Selat Taiwan, demikian MND.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement