Kamis 03 Mar 2022 15:05 WIB

Ratusan Anak di Ukraina Diungsikan dari Lokasi Invasi Rusia

Ratusan Anak di Ukraina Diungsikan dari Lokasi Invasi Rusia

Red:
Ratusan Anak di Ukraina Diungsikan dari Lokasi Invasi Rusia
Ratusan Anak di Ukraina Diungsikan dari Lokasi Invasi Rusia

Ratusan anak yang tinggal di sebelah utara dan timur Ukraina telah diungsikan ke daerah barat negara tersebut dengan bus dan kereta.

Setidaknya 329 anak yang berhasil diungsikan itu baru akan mulai masuk sekolah tahun ini, sementara ada juga yang berkebutuhan khusus.

Mereka tidak tahu akan dibawa ke mana dan mengapa. Bahkan bagi sebagian anak, ini adalah kali pertama mereka bepergian jarak jauh.

Nyawa mereka terancam bila menetap di tempat tinggal sebelumnya.

Ini adalah usaha Pemerintah Ukraina bagi warganya yang berada di daerah kekuasaan Rusia di bagian timur dan sekitar ibu kota Kyiv, yang dikepung banyak tentara Rusia.

Rencana mereka adalah untuk mengamankan anak-anak ke Lviv, sebuah kota di sebelah barat Ukraina yang dekat dengan perbatasan Polandia, lokasi mengungsi warga Ukraina yang menghindari perang.

Untuk sementara waktu, mereka ditempatkan dalam gedung sekolah sampai pemerintah tahu di mana mereka harus tinggal.

"Anak-anak ini tahu perang sedang terjadi," ujar Olha Kotovska, tenaga administrasi sebuah sekolah di Ukraina yang mendampingi anak-anak tersebut di Lviv.

"

"Kebanyakan dari mereka tidak punya orangtua. Mereka tidak merasakan kasih sayang dalam keluarga. Jadi perlu sekali pertolongan."

"

Rombongan anak-anak ini tiba pada Sabtu tengah malam. Mereka disambut staf di sekolah yang menyediakan tempat tidur dan makanan.

"Saya khawatir nasib orangtua saya," ujar seorang remaja pria yang meninggalkan rumahnya di Mikolaevka, sebuah kota dekat Donetsk.

Malam itu, Olha sama sekali tidak memejamkan mata.

Dengan mata lelah, ia dan staf lain menelusuri informasi 329 anak-anak ini dan memastikan tidak ada yang terhilang. Mereka juga berusaha memperhatikan anak dengan masalah perilaku.

Sementara staf sekolah melakukan tugasnya, mereka juga harus berusaha menghibur ratusan anak yang duduk di aula sekolah.

Menyusuri jalan di antara kursi aula, Olha memecah keributan anak-anak yang sedang ramai bercakap, dan bertanya: "Apakah kalian bisa tidur nyenyak? Sudah makan belum?"

"Ya," sahut anak-anak membalas pertanyaannya.

Mereka kemudian diputarkan film Spiderman: Homecoming sementara staf kembali melakukan tugas lain.

"Kami tidak siap menangani anak sebanyak ini," kata Olha.

"Mereka juga minta hadiah."

Keberanian mengungsi dari wilayah invasi Rusia

Sementara invasi Rusia berlangsung, para staf pendidikan di Ukraina telah berusaha untuk melindungi anak-anak di beberapa daerah sudah diduduki pasukan Rusia.

Staf administrasi sekolah yang pekerjaan utamanya adalah mengurus sistem pendidikan di Ukraina kini juga harus mengemban tanggung jawab lain - menjadi orangtua angkat, petugas katering, tukang bersih-bersih, agen perjalanan, advokat, dan petugas keamanan.

"Kami berusaha untuk tidak terbawa perasaan karena kami adalah pegawai pemerintah dan harus melakukan tugas kami," ujar Olha.

Olha yang nampak terbiasa berhadapan dengan krisis sangat serius ketika membahas risiko serangan Rusia pada anak-anak dalam tanggung jawabnya.

Sejak minggu lalu, suara serangan di udara tidak pernah berhenti terdengar di perkotaan Ukraina, termasuk di Lviv. 

Meski Lviv masih jauh dari jangkauan Rusia, ketakutan akan sirene berikutnya sering mereka rasakan.

Saat sedang berbicara, Olha mendengar suara sirene dari jalan di luar gedung. Ia segera berlari ke lantai dasar di mana anak-anak berada, meminta agar mereka dipindahkan ke ruangan lain di lantai itu sampai ada suara sirene kedua, yang menandakan bahwa kondisi bahaya untuk sementara sudah berlalu.

"Kami tidak siap perang. Tapi, saya pikir dengan situasi seperti ini, kami harus berusaha melakukan yang terbaik," katanya.

Meski baru kurang dari seminggu, invasi Ukraina yang dilakukan Rusia telah menimbulkan beban berat bagi kehidupan warganya.

Menurut catatan PBB, lebih dari 660.000 warga Ukraina telah melewati perbatasan negara tetangga seperti Polandia, Hungaria dan Slovakia. Antrean warga yang ingin melewati perbatasan juga memanjang dari hari ke hari.

Kekhawatiran dan kebingungan para staf akan masa depan anak-anak ditambah konflik yang sedang berlangsung di negara mereka terasa di gedung sekolah Lviv tersebut.

Layaknya setiap warga Ukraina, mereka terus memutakhirkan kabar terbaru di ponsel mereka, sembari mengecek bila ada notifikasi dari pemerintah setempat di aplikasi Telegram.

Sekolah ini hanya bisa menjadi tempat pengungsian sementara.

Pihak berwajib masih berusaha mencari solusi jangka panjang dan berharap tidak ada anak-anak yang tertinggal.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement