Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dedy Setyo Afrianto

Menjadi Guru 5.0 untuk Menyiapkan Generasi Pelita Masa Depan

Eduaksi | Monday, 07 Mar 2022, 06:06 WIB
Ilustrasi pelita

Dan Brown, novelis ternama dengan capaian penjualan best seller, karyanya dinyatakan sebagai salah satu buku yang paling populer dalam sejarah buku sepanjang masa pada 2009, pernah menuliskan di novelnya yang berjudul Origins, tentang kemajuan teknologi yang sedemikian luar biasa bahwa dimasa depan komputer dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) telah mampu membuat novel sendiri melalui serangkaian proses berpikir secara otomasi. Ternyata tak hanya berada dihalaman novel, peneliti dari Future University di Hakodate, Jepang pun pada 2016 berhasil membuktikan bahwa hal ini bukan isapan jempol semata, hasilnya adalah sebuah novel berjudul Konpyuta ga shosetsu wo kaku hi atau “Hari Sebuah Komputer Menulis Novel” berhasil ditulis oleh komputer dengan AI nya.

Ditempat lainnya, Scorpion, tayangan serial fiksi yang diinisiasi oleh Walter O’Brien sebagai CEO nya, hanya untuk sekedar informasi, beliau ini merupakan manusia ber IQ 197 sehingga menjadi salah satu manusia pemilik IQ tertinggi dalam sejarah manusia, dalam salah satu episode Scorpionnya pernah menyajikan tentang hebatnya komputer dimasa depan dengan kemampuan duplikasi menggambar selevel dengan skill Da Vinci. Tak hanya didunia fiksi semata, Google pada April 2017 yang lalu pun berhasil mengembangkan teknologi AI yang memungkinkan komputer menggambar sketch dengan urutan motorik dan jaringan syaraf tiruannya sendiri. Nampaknya tak seberapa lama, khayalan Walter O’Brien ini sepertinya akan mewujud dalam dunia nyata.

Poster Serial Scorpion

Dua kisah diatas ini untuk memberikan ilustrasi kepada kita, bahwa impian manusia untuk kemajuan yang berkelanjutan terus menerus mencapai level tertingginya. Impian dimasa lalu tentang manusia yang bisa terbang dari satu pulau ke pulau yang lainpun saat ini telah kita nikmati pada teknologi tinggi dalam dunia penerbangan, baik di Indonesia ataupun Internasional. Begitupun juga, dimasa lalu ketika manusia ingin bercakap-cakap dengan melihat lawan bicaranyapun, saat ini dengan sangat mudah bisa dilakukan oleh siapapun.

Fase revolusi industri yang sudah mencapai 4.0 inipun sudah berada didepan kita, tantangan demi tantangan juga nampaknya bak tsunami dengan gelombang besarnya didepan sana yang siap menghempas siapapun. Fase yang sering dinamakan dengan era disrupsi inipun juga sudah menunjukkan korbannya satu persatu, dilevel global kita melihat adanya Kodak dan Nokia yang dulu menjadi pemimpin pasar foto dan komunikasi, namun saat ini dunia telah berubah, mereka tak lagi berada diatas, bahkan sudah tersisihkan. Ditaraf lokal, kita juga melihat adanya teknologi ojek online, dengan seabrek layanannya yang lebih memikat dan praktis, kalo dulu konsumen harus mencari ojeg pangkalan untuk bisa bepergian, saat ini mereka yang mendatangi konsumen, kalo dulu orang akan pesan makanan atau hantar barang harus keluar rumah, saat ini semuanya bisa dilakukan bahkan tanpa harus keluar rumah, lebih miring lagi biayanya. Layanan dengan berbagai kemudahan dan pendekatan privat inilah cikal bakal pemenuh kebutuhan masyarakat dimasa depan.

Dunia pendidikan juga menemui tantangannya sendiri, menurut Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, per maret 2018 yang lalu angka pengangguran lulusan perguruan tinggi kita masih mencapai 630.000 orang. Angka ini menyumbang 8,8 % dari 7 juta pengangguran di Indonesia. Angka ini membuat kita miris sehingga harus menata ulang pendidikan kita.

Berkaca pada Human Development Index (Index Pembangunan Manusia) yang dirilis oleh PBB pada tahun 2016 yang diukur dari angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup, Indonesia berada pada ranking 113 dari 188 negara. Angka ini tentu saja membuat kita perlu bekerja keras untuk mendongkrak posisi ini agar lebih berkembang dari waktu ke waktu.

Belum lagi kasus menyedihkan didunia pendidikan yang sebagian masih diisi dengan kasus bullying, tawuran antar pelajar, narkoba dan lain sebagainya yang masih membuat kita mengelus dada untuk kejadian-kejadian serupa di tanah air.

Tantangan abad 22

National Academy for Engineering (USA), seperti disampaikan oleh Prof Musthak Al Atabi dalam bukunya “Think Like An Engineer”, mengidentifikasi setidaknya ada 14 tantangan besar yang dihadapi manusia pada abad 22 mendatang. Beberapa diantaranya saya coba ulas disini.

1. Membuat energi matahari lebih ekonomis

Energi matahari merupakan sumber energi yang luar biasa yang belum bisa ditandingi oleh buatan manusia sejauh ini. Walaupun hanya fraksi saja yang didapatkan oleh kita, namun sudah mampu menyuplai kebutuhan 10.000 kali energi yang dibutuhkan oleh umat manusia di seluruh bumi. Tapi masalahnya hingga saat ini adalah teknologi untuk menangkapnya masih kurang efisien (kurang ekonomis). Sehingga kebutuhan untuk membuat teknologi untuk menangkap energi matahari lebih efisien dimasa depan akan sangat membantu manusia dalam kehidupannya.

2. Penyediaan akses kepada air yang bersih

Satu dari setiap enam orang yang hidup saat ini tidak memiliki akses untuk memperoleh air yang bersih. Akses kepada air bersih dan sanitasi yang memadai mutlak menjadi kebutuhan manusia, baik saat ini lebih-lebih dimasa depan dimana populasi manusia dari sisi jumlah akan lebih banyak dari saat ini. Walaupun 70% bumi dikelilingi oleh air, namun kebanyakan yang tersedia tidak bisa diakses oleh manusia, karena tercemari atau air garam (laut). Para pakar kedepan, menjadi kunci untuk penyediaan air bersih ini, baik untuk minum dan aktivitas lainnya, seperti bercocok tanam, dengan menyediakan teknologi yang dapat menyediakan air sehingga dapat digunakan oleh sebanyak-banyaknya kegunaan kehidupan.

Air bersih sebagai syarat kehidupan

3. Meningkatkan peran virtual reality

Walaupun virtual reality saat ini sudah digunakan dalam games dan entertainmen, meningkatkan fungsi virtual reality dalam dunia medis misalnya, akan memberikan impact positif yang lebih banyak. Ini akan membantu dokter dengan operasi virtual terlebih dahulu, sebelum melakukan operasi yang sebenarnya, akan membuat resiko lebih terminimalisir.

Beberapa hal diatas tidak akan bisa dicapai, jika pendidikan hari ini belum bertemu dengan titik optimalnya. Kemudian, berbicara tentang pendidikan, faktor sentral yang menjadi ujung tombak kualitas pendidikan adalah guru. Guru-guru terbaik lah yang akan membuat kualitas pendidikan lebih maju. Jika pendidikan telah maju, maka kapasitas bangsa ini akan terus menerus menuju garis terdepan. Sehingga tak lebih dan tak kurang, guru menjadi salah satu pilar penting dalam kemajuan peradaban melalui jalur pendidikan. Kalau pendidikan Finlandia, Jepang dan Korea bisa dikatakan dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia saat ini, mereka sudah mulai jauh-jauh hari bahkan sedari tahun 60 -70an yang lalu.

Menghadapi era revolusi industri 4.0 pun, kapasitas guru sedianya juga sudah sampai versi 4.0, lebih baik lagi jika sudah sampai 5.0. Ini tidak hanya sekedar angka-angka an, namun analoginya sederhana, tidak mungkin versi 2.0 akan memiliki daya saing di versi 4.0. Sehingga menjadi penting untuk merumuskan apa saja kapasitas guru 5.0

1.Intellectual curiosity

Judy Gilbert (direktur talent Google) ketika ditanya prasayarat apa yang dibutuhkan oleh Google ketika merekrut SDM nya, seperti kita tahu saat ini, bahwa Google merupakan salah satu perusahaan multinasional di dunia yang dikejar oleh talenta terbaik. Gilbert menjawab, “tentu saja kami merekrut orang dengan skill terbaik, memiliki kemampuan coding yang oke, namun diluar itu semua, kami butuh SDM yang bisa melihat masalah, kemudian menyelesaikannya, alih-alih menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalah itu, orang ini berusaha dengan kemampuan terbaiknya, menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk fix it (menyelesaikan problem tersebut)”, inilah yang dimaksud kemampuan Intellectual Curiosity. Dimasa depan, dimana tantangan dan problem menjadi lebih variatif, kemampuan guru untuk skill ini menjadi penting, kemudian mentransfer nilai-nilai ini kepada siswanya agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Talent Google

2. Berpikir kritis, memecahkan masalah dan kolaborasi

Tony Wagner dalam The Global Achievement Gap merumuskan tujuh skill penting untuk bisa survive dimasa depan, tiga diantaranya adalah berpikir kritis, memecahkan masalah dan kolaborasi. Tiga skill ini dianggap penting untuk menhadapi krisis dunia dimasa depan. Ketika dunia akan sampai pada titik dimana energi fosil sudah semakin limit, maka energi alternatif akan membantu manusia untuk lebih survive dan membantu kehidupan. Kemudian untuk mencapai kondisi itu, maka kolaborasi menjadi kunci bahwa setiap elemen dalam kehidupan memiliki kontribusi untuk kehidupan menjadi lebih baik.

Guru dengan kemampuan ini, akan melibatkan siswa untuk ikut andil melihat problem, serta memecahkan masalah dengan kolaboratif, sehingga dengannya, siswa akan dididik memandang lebih utuh bahwa setiap probel akan bisa diatasi dengan kerja sama dengan banyak pihak.

3. Teladan kebaikan

Inilah skill yang tidak bisa diwakilkan oleh benda/barang/teknologi apapun. Skill ini (walau lebih dekat kepada karakter) menjadi pembeda antara guru dengan hanya sebagai penyampai informasi. Jika saat ini teknologi dengan kecanggihannya bisa mentransfer pengetahuan dengan tanpa jarak dan waktu, maka peran penyampai informasi (saja) akan segera punah. Teknologi dengan berbagai pendekatannya yang menyenangkan akan dengan sangat mudah menghanguskan peran guru dimasa depan, sekali lagi jika peran guru hanya sebagai penyampai pengetahuan. Namun jika sebagai teladan, maka peran guru akan senantiasa sangat vital dan tak akan lekang oleh waktu. Hal ini menjadi catatan penting untuk berbenah terus menerus dimasa kini dan nanti. Peran-peran keteladanan dalam kebaikan inilah fungsi vital sejatinya guru, baik dikelas ataupun diluar kelas. Jika teladan ini ada pada setiap guru, maka tak akan susah para siswa menemukan sosok inspiratif disekitarnya. Karena kebaikan itu menular, semakin banyak mentor kebaikan, maka akan semakin banyak pula agen kebaikan.

Semoga setiap harinya, menjadi momentum yang baik untuk terus menerus menjadi teladan kebaikan. Pengawal moral dan lini terdepan dalam kemajuan bangsa.

Teruslah menjadi lentera yang menyinari dunia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image