Jelang Ramadhan, Warga Palestina Antisipasi Lebih Banyak Konflik dengan Israel

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah

Senin 07 Mar 2022 16:18 WIB

Petugas polisi Israel menahan seorang pria Palestina selama protes mendukung keluarga Palestina yang berada di bawah ancaman penggusuran dari rumah lama mereka oleh pemukim Yahudi di lingkungan Yerusalem timur Sheikh Jarrah, Jumat, 17 Desember 2021. Jelang Ramadhan, Warga Palestina Antisipasi Lebih Banyak Konflik dengan Israel Foto: AP/Mahmoud Illean Petugas polisi Israel menahan seorang pria Palestina selama protes mendukung keluarga Palestina yang berada di bawah ancaman penggusuran dari rumah lama mereka oleh pemukim Yahudi di lingkungan Yerusalem timur Sheikh Jarrah, Jumat, 17 Desember 2021. Jelang Ramadhan, Warga Palestina Antisipasi Lebih Banyak Konflik dengan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kurang dari sebulan sebelum Ramadhan datang, warga Palestina bersiap menghadapi lebih banyak kekerasan Israel. Para aktivis mengatakan ada sejumlah alasan mengapa mereka percaya ketegangan akan meningkat dalam beberapa pekan mendatang, terutama di Tepi Barat dan Yerusalem.

Alasannya, antara lain meningkatnya ketegangan di penjara-penjara Israel di mana ribuan tahanan Palestina mengancam akan melakukan mogok makan sebagai protes atas tindakan represif. Ditambah juga serangan pasukan pertahanan Israel (IDF) ke kota-kota Palestina, desa-desa dan kamp-kamp pengungsi hingga ancaman pengusiran keluarga dari lingkungan Sheikh Jarrah (Shimon Hatzadik). 

Baca Juga

Beberapa aktivis mengatakan mereka berusaha membawa masalah Palestina kembali ke fokus dunia setelah perang Rusia-Ukraina. “Kami ingin memastikan dunia tidak melupakan Palestina. Pada tahun lalu, kami berhasil menarik banyak perhatian karena perang Gaza dan protes di Sheikh Jarrah,” kata seorang aktivis dari Yerusalem Timur, dilansir dari The Jerusalem Post, Ahad (6/3/2022).

Ramadhan tahun ini datang di tengah meningkatnya tindakan Israel meningkatkan tindakannya untuk memeras penduduk Arab di Yerusalem keluar dari kota. Otoritas Palestina dan beberapa faksi Palestina terus berbicara tentang skema Israel untuk melakukan pembersihan etnis terhadap orang-orang Arab di Yerusalem.

Selain itu, mereka terus berbicara tentang konspirasi dan serangan Israel terhadap situs suci Islam dan Kristen di Yerusalem. Kunjungan Yahudi ke Temple Mount digambarkan oleh pejabat Palestina dan media sebagai serangan kekerasan dan penodaan Masjid al-Aqsa.

Pada Ahad lalu, pemerintah Palestina dengan cepat mengutuk pembunuhan Karim Jamal Qawassmeh (19 tahun) yang melakukan penikaman di Kota Tua Yerusalem. Otoritas Palestina menilai tindakan Israel sebagai kejahatan keji dan eksekusi lapangan.

Qawassmeh, seorang penduduk lingkungan A-Tur di Bukit Zaitun, ditembak mati oleh petugas polisi setelah dia menikam seorang polisi. Seorang petugas polisi lainnya terluka dalam serangan itu.

Serangan itu dipandang sebagai tanda lain dari meningkatnya ketegangan menjelang Ramadhan. Tak lama setelah Qawassmeh dinyatakan sebagai martir, Hamas dan faksi-faksi lainnya menyambut baik operasi heroik tersebut dengan mengatakan itu adalah tanggapan alami atas kejahatan Israel terhadap Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat.

Dalam pernyataan terpisah, Hamas mendesak warga Palestina meningkatkan perlawanan terhadap Israel dalam beberapa hari dan pekan mendatang. Mereka mengatakan tujuan utama mereka adalah memastikan masalah Palestina tetap berada di bawah sorotan dan memberikan tekanan pada Israel untuk menghentikan atau mengubah kebijakan dan tindakannya di Yerusalem dan Tepi Barat.