Rabu 09 Mar 2022 18:17 WIB

Serangan Balik, Rusia Siapkan Sanksi Balasan Terhadap Barat

Rusia akan menjatuhkan sanksi yang cepat di wilayah paling sensitif di Barat.

Rep: Kamran Dikarma/Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pengeboran minyak di Oklahoma, Amerika Serikat, Senin (7/3/2022). Rusia pada Rabu (9/3/2022) memperingatkan Barat bahwa, mereka sedang mempersiapkan balasan terhadap sanksi Barat.
Foto: AP Photo/Sue Ogrocki
Pengeboran minyak di Oklahoma, Amerika Serikat, Senin (7/3/2022). Rusia pada Rabu (9/3/2022) memperingatkan Barat bahwa, mereka sedang mempersiapkan balasan terhadap sanksi Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Pemerintah Rusia mengatakan mereka sedang mempersiapkan aksi balasan untuk merespons sanksi yang diterapkan Barat. Moskow menegaskan, tanggapan mereka akan segera terasa di wilayah paling sensitif di Barat.

“Reaksi Rusia akan cepat, bijaksana, dan sensitif bagi mereka yang dituju,” kata Direktur Departemen Kerja Sama Ekonomi di Kementerian Luar Negeri Rusia Dmitry Birichevsky, Rabu (9/3/2022).

Baca Juga

Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah menerbitkan dekret untuk membatasi atau melarang impor serta ekspor produk dan bahan mentah tertentu. Saat ini pemerintahan Putin tengah menyusun produk atau bahan mentah yang bakal masuk dalam pembatasan atau pelarangan tersebut.

"Pastikan penerapan langkah-langkah ekonomi khusus berikut hingga 31 Desember 2022: larangan ekspor dan impor produk dan/atau bahan mentah sesuai dengan daftar yang akan ditentukan oleh pemerintah Federasi Rusia," demikian bunyi salah satu kalimat dalam dokumen dekret yang ditandatangani Putin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Pemerintah Rusia harus menentukan daftar negara yang bakal dicakup oleh keputusan Putin dalam waktu dua pekan. Pembatasan tersebut tidak akan mencakup produk atau bahan baku yang diangkut oleh warga negara untuk kebutuhan pribadi mereka.

Pada Selasa (8/3/2022) lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan akan memberlakukan larangan impor minyak dan gas dari Rusia. Biden mengatakan, pemerintahannya menargetkan arteri utama ekonomi Rusia sebagai respons atas langkahnya menyerang Ukraina. “Kami melarang semua impor minyak dan gas serta energi Rusia. Itu berarti minyak Rusia tidak lagi dapat diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya kepada (Presiden Rusia Vladimir) Putin,” ujarnya.

Biden mengatakan, keputusannya memberlakukan larangan impor terhadap minyak dan gas Rusia diambil dalam konsultasi erat dengan sekutu. “AS memproduksi jauh lebih banyak minyak di dalam negeri daripada gabungan seluruh Eropa. Kami adalah pengekspor bersih energi, jadi kami dapat mengambil langkah ini ketika yang lain tidak bisa,” ucapnya.

Kendati demikian, Biden tak menampik bahwa rakyat AS akan menanggung konsekuensi dari keputusan pelarangan impor minyak dan gas Rusia tersebut. “Akan ada harga juga di sini, di AS. Saya katakan, saya akan sejajar dengan rakyat Amerika dari awal, dan ketika saya pertama kali berbicara tentang hal ini, saya mengatakan, ada harga untuk mempertahankan kebebasan, itu akan merugikan kita juga di AS,” kata Biden.

Sebelumnya Barat juga telah menerapkan sanksi keras, yakni mengeluarkan Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT. Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia

SWIFT memungkinkan bank untuk memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. Karena dengan sanksi itu, Moskow menjadi lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement