Kamis 10 Mar 2022 08:45 WIB

Patriarch Gereja Ortodoks Rusia Salahkan Gay Atas Invasi ke Ukraina

Invasi dinilai harus dilakukan untuk menyelamatkan Ukraina Timur dari homoseksual.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriarch Kirill mengatakan serangan ke Ukraina harus dilakukan untuk menyelamatkan Ukraina Timur dari homoseksual.
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriarch Kirill mengatakan serangan ke Ukraina harus dilakukan untuk menyelamatkan Ukraina Timur dari homoseksual.

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sepuluh hari terakhir terdapat begitu banyak argumen yang berusaha menjawab mengapa Rusia menyerang Ukraina. Mulai dari para pakar geopolitik yang menilai Rusia perlu menjadikan Ukraina sebagai negara satelit atau penyangga untuk menjaga jarak dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Sampai alasan yang disampaikan Presiden Vladimir Putin sendiri yaitu "denazifikasi" Ukraina. Kini kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriarch Kirill juga menawarkan jawaban mengapa Moskow memutuskan menggelar invasi yang mereka sebut "operasi militer khusus" ke Ukraina.

Baca Juga

Perlu dicatat Kirill memulai karirnya di era Uni Soviet, di saat gereja setia dengan pemerintahan komunis dan seperti kebanyakan anggota hierarki gereja Ortodoks ia dilaporkan agen KGB. Baginya serangan ke Ukraina harus dilakukan untuk menyelamatkan Ukraina Timur dari homoseksual.

"Selama delapan tahun terdapat upaya untuk menghancurkan apa yang ada di Donbas," kata Kirill tentang wilayah di Ukraina Timur dalam misa Ahad (7/3/2022) lalu, seperti dikutip the Bulwark, Rabu (9/3/2022).  

"Apa yang ada di Donbas adalah penolakan, penolakan prinsipil apa yang disebut nilai-nilai yang kini ditawarkan pada mereka yang mengklaim dominasi global. Saat ini, terdapat tes kesetiaan pada kekuasaan, tes tertentu pada dunia "bahagia", dunia dengan konsumsi berlebih, dunia dengan kebebasan semu," katanya.

"Apakah kalian tahu apa tesnya? Sangat sederhana tapi juga mengerikan: yakni parade gay. Tuntutan untuk menggelar parade gay adalah fakta sebuah tes bagi kesetiaan pada kekuasaan dunia, dan kami tahu bila masyarakat atau negara menolak tuntutan itu, mereka diasingkan dari dunia dan diperlakukan seperti alien," tambah Kirill.

The Bulwark, media konservatif Amerika Serikat (AS) anti-Donald Trump, menjelaskan apa yang dimaksud Kirill "apa yang ada Donbas" adalah kelompok-kelompok separatis yang dikuasai orang-orang dekat Kremlin. Lembaga non-profit memberikan nilai "rating kebebasan" di Donbas Timur hanya 4 dari 100 poin.

Kebebasan tidak ada sama sekali bahkan untuk standar Putin di Rusia. Hanya sedikit lebih baik dari Korea Utara, Suriah, Tibet, Turkmenistan, dan Sudan Selatan. Human Rights Watch melaporkan "kelompok bersenjata" pro-Rusia yang menguasai Donbas kerap menangkap orang dengan dakwaan palsu dan dibuat-buat seperti mata-mata atau pengkhianatan.

Sementara codongnya Ukraina ke Barat dan semakin progresifnya pemerintahan negara itu terutama sejak Presiden Volodymyr Zelensky menjabat tidak membuatnya serta-merta menjadi San Francisco. Ukraina masih melarang pernikahan sesama jenis dan adopsi pasangan sesama jenis.

Berdasarkan survei hanya satu dari lima orang di Ukraina yang percaya masyarakat harus menerima pasangan homoseksual. Angkanya sama dengan Rusia. Tapi Ukraina memiliki kebebasan ekspresi lebih baik dibandingkan Rusia.

Setiap tahunnya ribuan orang dapat menggelar pawai dengan membawa bendera pelangi, simbol komunitas LGBT. Bertolak belakang dari Rusia di mana upaya itu akan mendapat tindakan keras dari oposisi maupun pasukan keamanan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement