Jumat 11 Mar 2022 13:49 WIB

AstraZeneca Beri Solusi Bagi Mereka yang Resisten Terhadap Vaksin Covid-19

AstraZeneca memiiki perawatan antibodi bagi mereka yang resisten terhadap vaksin.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
AstraZeneca memiiki perawatan antibodi bagi mereka yang resisten terhadap vaksin.
Foto: PxHere
AstraZeneca memiiki perawatan antibodi bagi mereka yang resisten terhadap vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan farmasi AstraZeneca telah meluncurkan perawatan antibodi bernama “Evusheld” untuk mereka yang resisten terhadap vaksin Covid-19. Namun sayangnya, penggunaan perawatan ini tak banyak diketahui dan masih sulit diakses.

Seorang pasien di AS bernama Lenne Cook merasakan bagaimana sulitnya mengakses Evusheld. Perempuan ini memiliki penyakit langka yang memengaruhi ginjalnya, dan obat-obatan yang diminum berdampak pada sistem kekebalannya. Cook dinyatakan tidak memiliki antibodi, meski sudah mendapat tiga dosis vaksin covid.

Baca Juga

Kemudian Cook mendengar informasi tentang Evusheld. Hingga akhirnya ia mendatangi salah satu penyedia medis, namun mereka mengatakan bahwa perawatan itu tidak tersedia.

“Lalu saya bilang, kalian punya dosisnya. Saya sudah memeriksanya di situs web,” kata Cook kepada penyedia medis kala itu.

Kepala petugas farmasi di Keck Medicine of USC, Dr Krist Azizian, mengonfirmasi bahwa perawatan Evusheld dapat memberikan antibodi yang pada dasarnya dibutuhkan oleh kelompok dengan gangguan kekebalan seperti Cook. “Ini benar-benar bisa membantu menyelamatkan nyawa,” kata dia.

Selain Cook, masih banyak diantara mereka dengan gangguan kekebalan yang mengeluhkan bahwa kesadaran yang minim dan rumitnya pengalokasian obat yang terbatas, telah menghambat akses Evusheld.

“Banyak orang yang membutuhkannya bahkan tidak tahu bahwa itu ada,” kata Janet Handal, presiden dan salah satu pendiri Transplant Recipients and Immunocompromised Patient Advocacy Group seperti dilansir dari LA Times, Jumat (11/3/2022).

Karena pengobatan antibodi telah dikirim ke penyedia medis dalam jumlah terbatas, pasien dalam kelompok tersebut harus memantau dengan cermat database federal yang menunjukkan kemana perginya Evusheld. Di Pasadena AS, Karol Franks mengatakan dia melihat dosis yang telah dikirim ke rumah sakit terdekat dan menghubungi dokter untuk menanyakan tentang mendapatkan itu untuk putrinya yang berusia 36 tahun.

"Saya berkata, 'Hei, saya lihat ada Evusheld.' Dan mereka seperti, 'Apa itu Evusheld?'" kenang Franks.

Seorang dokter mengatakan kepadanya bahwa perawatan Evusheld masih belum tersedia. Yang lain mengatakan bahwa putrinya, seorang pasien transplantasi ginjal yang tidak memiliki antibodi meskipun telah divaksinasi dan mendapat booster, tidak berada di garis depan di rumah sakitnya. Franks bertahan dan putrinya Jenna akhirnya mendapat suntikan antibodi di tempat lain.

"Jika kamu seorang pasien, artinya harus benar-benar berjuang. Kamu tidak bisa hanya menunggu dokter memberi tahu apa yang harus dilakukan,” kata Franks.

Sejauh ini, pemerintah federal telah setuju untuk membeli 1,7 juta program pengobatan dari AstraZeneca tersebut. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS mencatat, hingga akhir Februari, AZ telah mengirimkan hampir 600 ribu dosis gratis ke negara bagian dan teritori.

Pendamping pasien telah mengkritisi jumlah itu, karena setidaknya 7 juta orang dewasa di seluruh AS diperkirakan mengalami gangguan kekebalan. Mereka juga mengkritik kebijakan melepas masker jika ketersediaan Evusheld masih terbatas.

“Jika pemerintah mengubah kebijakan soal masker, seharusnya pastikan dulu ketersediaan Evushled cukup untuk digunakan semua pasien dengan gangguan kekebalan. Jika tidak, saya akan terus dikurung di rumah dan kehilangan kehidupan saya,” kata Michele.

Nadeem-Baker yang menderita leukimia limfositik kronis dan merupakan advokat untuk orang-orang dengan kanker darah.

Goldzweig, kepala petugas medis untuk Cedars-Sinai Medical Network, mengakui bahwa pihaknya hanya memberikan Evusheld untuk kelompok yang sangat rentang. Tetapi kini itu bisa didapatkan oleh siapa saja yang memenuhi kriteria federal.

Pejabat federal memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk obat tersebut pada bulan Desember, setelah uji klinis menemukan bahwa penerima Evusheld memiliki risiko 77 persen lebih rendah terkena COVID-19. Di bawah persetujuan federal, Evusheld dapat diberikan kepada orang-orang yang sistem kekebalannya terganggu atau yang secara medis tidak dapat mendapatkan vaksin COVID.

Di antara orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan adalah orang-orang yang mendapatkan transplantasi organ, yang minum obat untuk menekan sistem kekebalan mereka. Tahun lalu, para peneliti menemukan bahwa pasien transplantasi yang divaksinasi 485 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit atau meninggal karena infeksi terobosan dibandingkan orang yang divaksinasi lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement