Kamis 17 Mar 2022 09:36 WIB

UNHCR Desak Semua Pengungsi Diperlakukan Sama

Penyambutan pengungsi Ukraina bertolak belakang dengan pengungsi Arab.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang perempuan dan bayinya terlihat di dalam stadion olahraga yang digunakan sebagai pusat pengungsi di Desa Medyka, di perbatasan Polandia-Ukraina, Selasa (15/3/2022).
Foto: AP Photo/Petros Giannakouris
Seorang perempuan dan bayinya terlihat di dalam stadion olahraga yang digunakan sebagai pusat pengungsi di Desa Medyka, di perbatasan Polandia-Ukraina, Selasa (15/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) sambut baik respons negara maju pada krisis pengungsi Ukraina. UNHCR mendesak perlakuan yang sama pada pengungsi dari zona perang lainnya, apa pun negara, ras atau agamanya.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu sudah lebih dari 3 juta orang terpaksa mengungsi. Memicu krisis pengungsi tercepat di Eropa sejak Perang Dunia II.

Baca Juga

Sebagian besar pengungsi Ukraina disambut baik dengan bantuan dan tempat tinggal sementara. Mereka mendapatkan akses pekerjaan di negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina. Sementara semakin banyak yang mulai bergerak ke barat.

Ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dialami pengungsi dari negara-negara Arab. Pada tahun 2015 lalu Eropa mencoba menahan pengungsi dari Suriah dan negara-negara mayoritas muslim lainnya. Sementara lebih dari 12 juta warga Suriah yang terpaksa mengungsi karena perang.

UNHCR mengatakan mereka sangat prihatin dengan meningkatnya xenophobia, diskriminasi, dan eksklusi pada pengungsi dan pencari suaka beberapa tahun terakhir. Sementara krisis pengungsi Ukraina memberi kesempatan untuk merefleksikan hal itu.

"Kami menyambut baik besarnya penerimaan dan solidaritas terhadap pengungsi beberapa hari terakhir dan berharap ini ini menginsparis beberapa refleksi dan perubahan sejumlah narasi beracun dan kebijakan yang telah kami lihat di sejumlah konteks," kata juru bicara UNHCR,  Kathryn Mahoney, Rabu (17/3/2022).

"UNHCR terus mengadvokasi akses perlindungan untuk semua orang yang mencarinya, termasuk dari Suriah, Yaman, Ethiopia, dan negara-negara dan kawasan lain, sesuai dengan kewajiban internasional negara-negara suaka untuk melindungi pengungsi," tambahnya.

Mahoney mengatakan UNHCR mengadvokasi akses suaka pada semua pengungsi. Dalam wawancara yang dilakukan awal pekan ini ia mengatakan UNHCR telah membahas kebijakan pengungsi dengan Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

"Contohnya, kami berulang kali mendesak diakhirinya praktik 'pushback' yang mencegah pengungsi masuk ke wilayah satu negara tertentu," kata Mahoney.

Uni Eropa telah mengatakan akan memberi warga Ukraina hak tinggal dan bekerja di negara-negara di blok itu hingga tiga tahun. Direktur asosiasi Human Right Watch divisi Eropa dan Asia Tengah, Judith Sunderland mengatakan kebijakan pengungsi Ukraina bertolak belakang dengan pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika.

"Kebijakan dan prakteknya bertolak belakang yang masih terus kami lihat pada imigran dan pengungsi dari belahan dunia lain, sebagian besar mereka berwarna kulit coklat dan hitam," katanya.

Mahoney mengatakan UNHCR menyambut baik langkah Uni Eropa. Ia menambahkan terdapat kebutuhan mendesak untuk merespons situasi pengungsian "serius" dan "belum terselesaikan" lainnya yang disebabkan oleh krisis kemanusiaan di Afghanistan, Suriah,Ethiopia dan lain-lain.

"Para pencari suaka yang tidak tercakup, penting bagi Negara Anggota Uni Eropa dan negara suaka lain untuk terus mengizinkan mereka masuk ke wilayah, mengases klaim individu dan memberikan perlindungan internasional pada yang membutuhkan," kata Mahoney.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement