Sabtu 19 Mar 2022 05:05 WIB

Putra Korban Serangan Islamofobia di Selandia Baru Kenang Jasa Sang Ayah

Putra korban serangan masjid Selandia Baru berbicara pada simposium perdamaian

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan  melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS).  Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.

REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Yama Nabi, putra Haji Daoud Nabi, salah satu korban serangan teroris yang menargetkan dua masjid di Selandia Baru, terus menyampaikan kerinduan kepada ayahnya.

Pada 15 Maret 2019, Brenton Tarrant, seorang penganut sayap kanan dan ekstrimis kulit putih Australia, membunuh 51 jemaah Muslim dan melukai 40 lainnya di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Center di Christchurch.

Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat tahun lalu dalam putusan pertama yang dijatuhkan di negara kepulauan itu.

Haji Daoud Nabi muncul dalam siaran langsung serangan teroris itu, tanpa sadar menyambutnya ke dalam masjid dengan kata-kata ikonis: "Halo, saudara." Dia termasuk orang pertama yang dibunuh.

Pada Rabu, para aktivis dan anggota keluarga korban menghadiri simposium yang diselenggarakan oleh NGO Turki dan universitas di bawah naungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata negara itu untuk menghormati para korban, termasuk Nabi.

Pada acara yang bertajuk "Halo Saudara: Simposium Perdamaian Dunia" dan diadakan di ibu kota Ankara, putra Haji Daoud Nabi menceritakan kepada Anadolu Agency apa yang terjadi pada hari serangan teror itu.

Dia sedang mengemudi di mobilnya dengan putrinya ketika serangan itu terjadi. Setelah mendengar suara tembakan, dia menepi dan menyuruh putrinya untuk tetap berada di dalam kendaraan, ucap dia.

Mencoba menelaah dari mana tembakan itu berasal, Yama Nabi mengatakan ketika dia mendapat berita tentang serangan di masjid itu, dia berusaha menghubungi ayahnya melalui telepon, tetapi tidak bisa.

Ketika dia sampai di masjid dan menanyakan ayahnya, masyarakat mengatakan ayahnya ada di sana saat penyerangan terjadi, tetapi mereka kemudian menemukan mayat ayahnya. "Ayah saya adalah penolong untuk putranya, untuk komunitas Muslim, dia adalah seorang pemimpin, seorang pahlawan," tutur dia.

'Aku sangat merindukannya'

"Saya sangat merindukannya. Ayah saya adalah seorang pahlawan," kata Nabi, seraya mencatat bahwa tiga tahun telah berlalu sejak peristiwa itu terjadi.

Mengungkapkan betapa sulitnya kehilangan ayahnya untuk keluarganya, dia menggarisbawahi bahwa bahkan dalam kata-kata terakhir Haji Daoud Nabi, dia mewakili Islam dan perdamaian.

'Tanpa persatuan, umat Islam lemah'

Wartawan Lauren Booth, ipar dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang masuk Islam, mengatakan dia yakin keluarga Haji Daoud Nabi belum sembuh dan masih menderita krisis dan syok atas serangan itu.

Mengacu pada meningkatnya Islamofobia di AS dan Eropa, Lauren mengatakan bahwa "tanpa persatuan, umat Islam lemah."

Dia menggarisbawahi bahwa para pemuda yang mengenal Islam dan tinggal di kota-kota seperti Paris, London, dan New York akan memainkan peran terbesar melawan Islamofobia.

Acara “Hello Brother: Simposium Perdamaian Dunia” diselenggarakan oleh Asosiasi Pengetahuan dan Persepsi Internasional dan Universitas Haci Bayram Veli di Ankara.

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/putra-korban-serangan-islamofobia-di-selandia-baru-kenang-jasa-sang-ayah/2538888
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement