Puan: Perempuan Harus Aktif Berkontribusi Tangani Dampak Perubahan Iklim

Perempuan terdepan dan mencapai 70 persen tenaga kesehatan dan sosial global

Ahad , 20 Mar 2022, 17:43 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani bersama Presiden Inter-Parliamentary Union (IPU), Duarte Pachecho, dan Sekjen IPU, Martin Chungong melakukan penanaman pohon longan/kelengkeng di Bali Internasional Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Sabtu (19/3).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua DPR RI Puan Maharani bersama Presiden Inter-Parliamentary Union (IPU), Duarte Pachecho, dan Sekjen IPU, Martin Chungong melakukan penanaman pohon longan/kelengkeng di Bali Internasional Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Sabtu (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Ketua DPR RI, Puan Maharani, mendorong kepemimpinan perempuan di berbagai bidang. Salah satunya ikut berkontribusi dalam menangani dampak perubahan iklim. 

"Kita telah melihat contoh di berbagai negara, peran perempuan menjadi penggerak dan aktivis dalam pengurangan emisi dan menolak pemakaian plastik," kata Puan dalam sambutannya di Forum Parlemen Perempuan Dunia, yang juga merupakan rangkaian kegiatan Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144, Ahad (20/3).

Baca Juga

Puan mengingatkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan 14 kali lebih rentan dibanding laki-laki ketika bencana akibat perubahan iklim terjadi.   Dirinya mengajak para perempuan untuk aktif berkontribusi menangani dampak perubahan iklim mengingat dampak pemanasan global sangat dirasakan oleh perempuan. 

Selain itu, Puan juga mengungkapkan peran dan kepemimpinan perempuan untuk menangani pandemi Covid-19. Perempuan dinilai telah berperan di garda terdepan dan mencapai 70 persen tenaga kesehatan dan sosial di seluruh dunia."Pemimpin perempuan di berbagai negara juga menunjukkan kemampuan untuk mengatasi laju penyebaran virus.

 Karenanya agenda pemulihan pandemi juga harus memiliki perspektif gender, memberi perhatian bagi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan," ucapnya.

Kemudian Puan menuturkan peran kepemimpinan perempuan juga terlihat dalam menciptakan perdamaian. Untuk menyelesaikan konflik, perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam mencegah dan mengakhiri konflik. 

"Perempuan berkepentingan menjadi bagian dari penyelesaian konflik, karena perempuan dan anak-anak adalah mereka yang paling terdampak saat konflik dan perang," ungkapnya.

Politikus PDI Perjuangan itu mengatakan Indonesia juga berkontribusi di bidang ini. Dari jumlah total peace-keepers Indonesia sebanyak 2.697 orang, saat ini terdapat 158 perempuan Indonesia yang bertugas di 5 misi United Nations Peace Keeping Operation (UN-PKO).