Senin 21 Mar 2022 08:21 WIB

Imam Shamsi Ali: Moderasi itu Ya Siratal Mustaqim

Islam menjadi sasaran kebencian dan masih terasa hingga saat ini.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Kata moderasi, toleransi, dan radikalisme kian populer setelah terjadinya peristiwa 9/11 di Amerika Serikat, pada dekade lalu. Islam menjadi sasaran kebencian dan masih terasa hingga saat ini.

President of Nusantara Foundation dan juga Imam Besar Islamic Center New York Imam Shamsi Ali mengatakan, belakangan kata moderasi dan radikalisme kerap dimanfaatkan oleh beragam pihak untuk mencapai kepentingan tertentu. Sehingga dalam perjalanannya, terjadilah politisasi istilah.

Baca Juga

“Kata toleransi dan moderasi kerap kali digunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Sehingga esensi dari kata-kata yang indah ini kadang disalahgunakan. Sebenarnya apa itu moderasi? Dalam Islam, moderasi itu ya siratal mustaqim,” kata Imam Shamsi dalam webinar, Ahad (20/3/2022).

Dia menjelaskan bahwa umat Islam harus memahami bahwa orang yang mengaku Muslim tidak bisa memisahkan dirinya dari Islam. Tidak bisa seorang Muslim menjalankan keislamannya secara parsial. Dia menilai, jangan sampai umat Islam memahami bahwa moderasi itu mereduksi nilai komitmen keagamaan seorang Muslim.

“Jangan sapai kita datang ke resepsi pernikahan, lalu kita minum miras agar dibilang moderat. Tidak begitu. Moderasi itu bukan setengah hati kita beragama,” ujar dia.

Dia menekankan bahwa salah satu karakteristik moderasi adalah umat Islam harus menjalankan kejujuran. Misalnya dalam bidang hukum, tidak diperkenankan hukum tumpul ke atas namun tajam ke bawah. Di saat tidak ada keadilan, kata dia, maka jangan berani-berani menyebut diri sebagai seorang umat yang moderat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement