Senin 21 Mar 2022 21:08 WIB

Genjatan Senjata Arab Saudi-Houthi Diusulkan Selama Ramadhan

Perang Yaman yang berlangsung selama 7 tahun picu krisis kemanusiaan

Rep: Alkhaledi Kurnialam, Gumanti Awaliyah/ Red: Nashih Nashrullah
Pemberontak Houthi, Ilustrasi. Perang Yaman yang berlangsung selama 7 tahun picu krisis kemanusiaan
Foto: AP/Hani Mohammed
Pemberontak Houthi, Ilustrasi. Perang Yaman yang berlangsung selama 7 tahun picu krisis kemanusiaan

REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT— Utusan khusus PBB Hans Grundberg sedang membahas kemungkinan gencatan senjata pada konflik yang terjadi antara koalisi Arab Saudi dengan gerakan Houthi selama bulan suci Ramadhan. 

Grundberg bertemu dengan kepala perunding Houthi dan pejabat Oman di Muscat untuk membahas konflik di Yaman ini.   

Baca Juga

“Pertemuan ini menjadi upaya PBB untuk mengkonsultasikan situasi kemanusiaan di Yaman, termasuk kemungkinan gencatan senjata,” kata Grundberg seperti dilansir dari Reuters, Ahad (20/3/2022).    

PBB disebut berupaya untuk mengatasi situasi kemanusiaan yang mengerikan di Yaman, termasuk kemungkinan gencatan senjata selama Ramadhan. Perang yang memberikan dampak besar pada kondisi mengenaskan rakyat Yaman.  

Seperti diketahui, koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah terlibat dalam perang saudara di Yaman sejak 2015. Mereka berdalih inigin memulihkan kekuasaan pemerintahan di Yaman yang digulingkan oleh Houthi pada 2014.

Perang yang telah terjadi selama tujuh tahun di Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong negara itu ke ambang krisis kemanusiaan termasuk kelaparan. 

Kelompok Houthi Yaman sebelumnya mengatakan akan menyambut pembicaraan dengan koalisi yang dipimpin Arab Saudi jika tempat itu adalah negara netral, termasuk beberapa negara Teluk. 

Mereka menyebut bahwa prioritasnya adalah mencabut pembatasan "sewenang-wenang" di pelabuhan Yaman dan bandara Sanaa. 

Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang berbasis di Saudi berencana untuk mengundang pihak Yaman termasuk Houthi untuk konsultasi di Riyadh bulan ini. Hal ini dijelaskan dua pejabat di negara Teluk kepada Reuters, Selasa pekan lalu. 

"Tidak logis dan tidak adil bahwa tuan rumah pembicaraan juga menjadi sponsor perang dan blokade," kata gerakan yang bersekutu dengan Iran itu dalam sebuah pernyataan dilansir dari The New Arab, Ahad (20/3/2022).

Riyadh memimpin koalisi militer yang telah memerangi Houthi selama tujuh tahun dalam konflik yang secara luas dilihat di kawasan itu sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.   

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement