Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Menyatu di Kesejukan Taman Ganesha

Wisata | Tuesday, 22 Mar 2022, 16:17 WIB

Awal bulan lalu. Setidaknya saya mencoba mencari suasana yang indah dan bisa memberi kesejukan. Setelah melewati jalan Tamansari Bandung dan masuk ke jalan Gelap Nyawang, saya ingat betul ada sebuah taman yang bisa saya datangi. Pas betul karena badan pun ingin diistrahatkan. Semilir angin pun terasa saat saya memasuki taman dan keindahan pun sebentar lagi ada di depan mata.

Taman Ganesha tampak asri dengan segala keindahan yang ada di dalamnya. (FOTO : DEFFY RUSPIYANDY)

Kali ini saya berada di sebuah taman yang menyenangkan hati. Persis berada di depan kampus ITB jalan Ganeca Kota Bandung dan bersebelahan dengan Masjid Salman ITB. Pada awalnya saya ragu untuk masuk ke taman itu, tetapi nyatanya taman ini terbuka untuk umum setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu mesti ada izin. Saya teramat senang karena dapat rehat sejenak di taman tersebut untuk melepaskan kepenatan yang terasa siang itu. Saya takjub dengan kondisi yang ada did epan mata.

Terus terang, masuk pun tanpa harus bayar dan tak ada seorang penjaga pun yang menjaga pintu masuk. Semula saya berusaha masuk dari pintu sebelah utara yang ada turunan tangganya tetapi kedua pintu itu nyatanya terkunci rapat. Saya memutuskan kembali ke arah selatan dan ada satu pintu yang bisa saya masuki. Saya melihat beberapa pekerja sedang merawat tanaman di arela taman serta ada beberapa orang Wanita paruh baya sedang berkumpul dan sepertinya baru seelsai makan makanan yang dibawa dari rumahnya masing-masing.

Memang sejak adanya pandemik di Kota praktis taman ini pun diperketat kedatangan orang yang berkunjung ke taman. Biasanya apabila kondisi normal, banyak pula yang berkunjung ke taman ini setelah Shalat Dzuhur atau Shalat Ashar di Masjid Salman. Namun karena Shalat pun masih dibatasi 25 % jamaah maka tak mengherankan jika taman hari tiu sungguh tak banyak orrang. Biasanya kalau ada jamaah masjid, sebagian dari mereka rehat pula di taman ini.

Sungguh mata pun sangat dimanjakan dengan penataan taman yang indah dan asri. Pepohonan ditanam sangat mendukung suasana yang menyejukkan dan udara pun sangat terasa segar karenanya. Pohon-pohon seperti cemara, pohon palem, pohon kihujan, pohon teh dan pohon-pohon lainnya termasuk tanaman bunga penghias taman tersebut. Konon katanya, kurang lebih ada 44 jenis tanaman ditanam di taman ini. Karena dirawat hamper setiap hari makanya tanama -tanaman yang ada di taman ini selalu segar dan memberi kesenangan tersendiri bagi yang melihatnya.

Berdasarkan dari referensi yang ada rupanya taman Ganesha ini telah ada sejak zaman kolonial Bbelanda tepatnya tahun 1919 dan dibangun satu paket dengan Gedung ITB. Taman ini rupanya adalah bentuk penghargaan bagi seorang aristektur yang bernama Tuan J.W. Ijzerman, seorang karyawan perusahaan jawatan kereta api negara (staats spoorwegen) Hindia Belanda. Ternyata yang bersangkutan banyak jasanya untuk pembangunan di Kota Bandung dan hasil karyanya yang ada sampai saat ini adalah bangunan Stasiun Kereta Api Bandung. Tak mengherankan taman ini dulu diberi nama Ijzerman Park sebelum diubah namanya jadi Taman Ganesha.

Tetapi terus terang saya merasa untuk saat ini Taman Ganesha termasuk sebuah ruang terbuka hujau yang penuh dengan pepohonan. Tak salah jika kemudian menjadi tempat yang cocok untuk mengajak seluruh anggota keluarga berwisata gratis yang begitu mengasyikkan. Harus diakui pula jika taman ini termasuk taman yang membuat orang ingin berlama-lama untuk terus berada di tempat ini. Selain tanamannya yang indah serta penataannya yang baik juga lingkungan taman tersebut menciptakan spot foto yang cukup indah. Tak salah jika taman iini pun bagi saya menjadi lokasi indah untu berfoto karena seluruh areal taman yang ada sungguh indah untuk digunakan berfoto baik sendiri atau bersama teman dan juga keluarga.

Pada taman tersebut di tengah ada plaza yang dapat digunakan untuk berkumpul dan saya berpikir saat itu mengapa tidak membawa anak bungsu saya ke tempat ini. Belum anak tangga kiri kanan sebagai jalan keluar di bagian utara tampak terlihat elok. Bahkan pada areal tempat naman taman ganesha dibuat terlihat 3 bentuk hati yang sengaja dibuat dari tanaman dan inilah yang menjadi daya Tarik pada taman ini. Saya pikir yang memiliki ide ini terbilang unik karena bisa membuat sesuatu yang lain dari biasanya.

Saya pun melihat ada kolam dan juga ada tempat untuk bersantai serta di pinggir taman seperti sengaja dibentuk mirip hutan dengan pepohonan yang besar. Hal inilah yang membuat saya semakin suka terhadap keberadaan taman ini walaupun terus terang sempat pula saya agak sedikit menyayangkan masih ada bagian yang belum terawat bahkan belum disempurnakan. Tetapi saya masih terhibur karena suasana indah taman itu benar-benar sangat menyenangkan. Yang jelas jika sekali datang ke taman ini maka takkan pernah menyesal dan bisa jadi ingin kembali lagi ke tempat ini.

Tadi saya jika menjelang Dzuhur akan melaksanakan Shalat di Masjid Salman tetapi karena belum saatnya maka beberapa waktu saya sempatkan berkeliling taman untuk yang kedua kalinya. Tentu saja hal itu menjadi menarik bagi saya dan saya pikir bisa jadi saat itu saya pengunjung satu-satunya yang masih ada karena beberapa orang wanita setengah baya yang tadi saya lihat ternyata kini sudah tak berada di taman lagi. Sungguh tak terbayangkan jika hari itu saya berada di Taman Ganesha.

Kemudian saya melangkahkan kaki keluar dari taman tersebut dan menyusuri jalan gelap Nyawang serta berbelok ke arah kiri untuk menemukan jalan Ganeca, kemudian belok kanan dan beberapa saat saya pun menemukan jalan Ir H Djuanga atau kawasan Dago yang indah pada siang itu. Saya pun terus berjalan menyusuri trotoar di jalan itu sambil tetap memikirkan indah dan sejuknya Taman Ganesha yang baru saja saya kunjungi. Semoga suatu saat bisa kembali dan membawa keluarga saya***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image