Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Marendra Agung J.W

Sejumlah Pertanyaan Penting untuk Guru Masa Kini

Guru Menulis | Thursday, 24 Mar 2022, 20:22 WIB
Ilustrasi Guru ( Sumber: Republika.co.id)

Pandemi di Indonesia mulai memudar, kegiatan sekolah pelan-pelan kembali normal. Walau pendidikan tatap muka belum sepenuhnya berjalan di awal-awal tahun 2022 ini, namun tumpukan “PR” sepertinya sudah memenuhi keranjang dunia pendidikan. Khususnya bagi guru sebagai unjuk tombaknya.

Sebagai guru di SMA yang terbilang baru mengajar hampir lima tahun, saya menyaksikan bahwa tantangan kita sebagai guru masa kini begitu kompleks. Kita hidup di dua momen penting. Pertama, momen puncaknya perkembangan pesat teknologi abad 21. Kedua, momen adaptasi sosial pasca pengaruh pandemi Covid-19 di segala bidang.

Tantangan dalam momen ini merupakan akumulasi dari belum tuntasnya pemahaman kita terhadap paradigma pendidikan abad 21. Sebab, kita baru saja berupaya mencerna esensi kurikulum 2013 di tahun 2017,2018 dan 2019. Maka dari itu, pronomina “kita” dalam tulisan ini berlaku bagi guru-guru semacam saya ini.

Belum selesai dengan aspirasi kurikulum 2013 yang buku cetaknya mengalami revisi beberapa kali itu, tiba-tiba disrupsi pendidikan saat pandemi pun menghujani kita. Sejumlah tradisi baru dalam kegiatan belajar mengajar pun bermunculan. Kurikulum baru telah dicetuskan. Kita harus belajar dan berlatih lagi di sana-sini. Oleh karena itu, guru di era ini adalah pembelajar yang tak boleh lelah menerima gesitnya perubahan.

Perihal guru sebagai pembelajar itu nyatanya telah disiarkan Republika.co.id dalam Mencari Lembaga Pendidikan Pasca Covid-19, 17 Mei 2020 lalu. Pada ulasan acara web binar tersebut, terdapat kutipan menarik dari Alvin Tofler dalam Future Shock, bahwa “Orang yang buta huruf abad 21 adalah orang yang tidak mampu belajar, orang yang tidak mau belajar dan orang yang tidak mau belajar kembali.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kita sebagai guru masa kini adalah guru dengan semangat baru untuk terus belajar. Sebagaimana siswa yang terus belajar tiap pagi untuk menjawab berbagai pertanyaan ujian. Sejumlah pertanyaan-pertanyaan penting akan menguji kita sebagai guru. Seperti apakah pertanyaan tersebut?

Saya mohon izin, untuk membagikan catatan pertanyaan-pertanyaan penting untuk guru masa kini. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena ketidaksengajaan saya membaca Teaching in Digital Age karya Anthony William Tony Bates, terbitan tahun 2015. Berikut pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pertama, bagaimana perubahan karakteristik dunia kerja dan problem sosial masa kini? Kedua, bagaimana kebutuhan skilll-skill baru dalam kehidupan masyarakat di masa kini? Ketiga, bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan setidaknya bagi mata pelajaran bidang kita? Keempat, bagaimana perkembangan metode dan paradigma pendidikan di era ini? Kelima, bagaimana perubahan karakteristik siswa di generasi ini?

Kelima pertanyaan tersebut dapat menjadi bahan renungan dan bekal tatkala kita hendak belajar kembali. Setidaknya kita dapat bersimulasi secara mandiri, mencari jawaban dari pertanyaan tersebut dan bagaimana relevansinya terhadap cara kita mengajar.

Sebagai contoh, pertanyaan pertama tentang perubahan karakeristik dunia kerja dan problem sosial masa kini akan mengandung jawaban yang begitu relatif. Tergantung posisi guru ada di masyarakat yang seperti apa. Jika kita adalah guru sekolah di kota-kota besar Indonesia, maka kecenderungan budaya kantor atau dunia kerja sudah pasti telah berkembang pesat. Belum lagi masalah sosial di masyarakat yang berkembang begitu unik.

Sedekat yang dapat saya temukan, misalnya kini banyak kantor membutuhkan karyawan yang “multitasking”, loyal di luar jam kerja kantor, dan akrab dengan teknologi terkini. Banyak pekerjaan tertentu yang dapat dilakukan dari rumah dan tanpa batasan waktu khusus.

Cara bermasyarakat pun pelan-pelan mulai berubah. Membuat KTP, memesan makanan, hingga berdagang sudah dapat dilakukan melalui ponsel pintar. Gaya hidup individualis kini makin didukung oleh perkembangan “smart” teknologi.

Guru masa kini setidaknya akan menyadari bahwa perubahan karakteristik dunia pekerjaan dan problem sosial tersebut juga akan mempengaruhi jawaban dari pertanyaan kedua, yaitu tentang perkembangan kebutuhan skill atau keterampilan masyarakat terkini.

Hal tersebut penting jika kita sepakat bahwa output pendidikan adalah dunia kerja. Walau di luar perkantoran, solusi permasalahan sosial agaknya juga perlu kemampuan-kemampuan baru yang kompatibel dengan zaman ini.

Secara praktis, kita dapat menyimpulkan bahwa konten pengajaran di ruang kelas harus berkembang sesuai dengan yang dibutuhakan oleh lapangan sosial. Hal itu akan menyangkut pada pertanyaan ketiga, tentang bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan, setidaknya dalam bidang mata pelajaran yang kita ajarkan.

Sebagai contoh, jika 30 tahun lalu untuk menulis karya tulis harus mengirim ke surat kabar cetak nasional, kini karya tulis seperti puisi, cerpen, atau pun opini, sudah dapat terbit melalui aneka media daring. Peluang untuk mendapatkan apresiasi dari menulis pun berkembang. Cara menyajikan tulisan akhirnya berkembang pula. Sehingga metode dan paradigma pendidikan yang akan kita terapkan pun ikut berkembang.

Jawaban dari pertanyaan ketiga tersebut akan menjembatani jawaban dari pertanyaan keempat dan kelima. Artinya, jika kita telah menemukan perkembangan dari ilmu pengetahuan maka kita akan mengembangkan metode pengajarannya. Hal tersebut berkaitan dengan pertanyaan keempat tentang perkembangan metode dan paradigma pendidikan, yang tentu saja barkaitan dengan corak pendidikan dalam masyarakat abad 21.

Kita akan mempelajari kembali ragam model pembelajaran yang sesuai dengan zaman ini. Kita harus menengok kembali paradigma-paradigma pendidikan seperti apa yang tepat bagi zaman ini. Kemudian, pemahaman kita terhadap kecenderungan siswa pun otomatis diperlukan. Sebab, siswa sebagai manusia yang mengisi zaman ini tentu memiliki perbedaan pula dari zaman sebelumnya.

Siswa di era ini lahir bukan dari zaman yang serupa dengan zaman tatkala kita sekolah dahulu. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan kelima tentang perubahan karakteristik siswa generasi ini. Secara mental dan kualitas intelektual tertentu, boleh jadi siswa memiliki perbedaan dengan generasi -generasi sebelumnya.

Atas dasar penjelasan tersebut, kita perlu melihat adanya perubahan kecenderungan generasi terkini. Teori dan konsep mengenai generasi X,Y,Z, hingga generasi Alpha, boleh menjadi pertimbangan bagi kita untuk memahami kembali karakteristik siswa di masa kini.

Lima pertanyaan tersebut kiranya dapat menjadi pintu alternatif bagi kita, untuk upgrade pandangan secara mandiri. Baik pandangan mengenai pendidikan, pengajaran, ilmu, maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan itu semua. Jika kita sempat memikiran jawaban dari kelima pertanyaan tersebut maka siapa tahu kita terbebas dari “ buta huruf ” di abad 21.

Marendra Agung J.W. 23 Maret 2022.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image