Jumat 25 Mar 2022 09:21 WIB

Barat Terus Perkuat Bantuan Militer Ukraina

NATO mengumumkan rencana memberikan unit tempur baru di 4 negara Eropa timur.

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
Petugas memasukkan bantuan yang akan dikirimkan ke Ukraina di Pangkalan Angkatan Udara AS Yokota, Jepang, Rabu (16/3/2022).
Foto: Toshiyuki Inaba/Kyodo News via AP
Petugas memasukkan bantuan yang akan dikirimkan ke Ukraina di Pangkalan Angkatan Udara AS Yokota, Jepang, Rabu (16/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Barat menumpuk bantuan militer dan kemanusiaan untuk Ukraina pada Kamis (25/3/2022). Mereka pun mengecam invasi Moskow ke Kiev sebagai tindakan barbarisme.

NATO mengumumkan rencana untuk memberikan unit tempur baru di empat negara Eropa timur dekat Ukraina. Sementara Washington dan London meningkatkan bantuan dan memperluas sanksi ke target baru, termasuk seorang perempuan yang menurut London adalah putri tiri menteri luar negeri Moskow.

Baca Juga

"Satu-satunya hal yang paling penting adalah bagi kita untuk tetap bersatu dan dunia terus fokus pada betapa kejamnya orang ini dan semua nyawa orang tak bersalah yang hilang dan hancur," kata Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kepada wartawan di Brussels, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Putin telah melewati garis merah menuju barbarisme," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Uni Eropa (UE) bersiap untuk mengungkap langkah-langkah melepaskan diri dari energi Rusia. Tindakan ini mungkin akan menaikkan biaya bahan bakar lebih jauh di seluruh benua. 

Moskow memasok 40 persen kebutuhan gas kolektif UE dan lebih dari seperempat impor minyaknya. Langkah-langkah itu berasal dari seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk boikot penuh energi Rusia dan zona larangan terbang di atas Ukraina. 

Moskow menolak tuduhan sebagai pemicu perang. Dis mengatakan Barat yang harus disalahkan atas perang tersebut dengan mempersenjatai rezim Kiev. 

Menurut laporan PBB, invasi Rusia yang dilancarkan pada 24 Februari telah menewaskan ribuan orang, mengirim 3,6 juta orang ke luar negeri, dan mengusir lebih dari setengah anak-anak Ukraina dari rumah mereka. Kota-kota pun hancur, meski pasukan Rusia belum berhasil menguasai kota besar di Ukraina. 

"Dulu Mariupol yang indah dan tiba-tiba berubah menjadi debu," ujar warga kota Mariupol Raisa Kairat di pelabuhan selatan yang terkepung dan telah menjadi gurun.

Wilayah yang terletak di antara Krimea yang dicaplok Rusia dan wilayah timur yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia ini menunjukkan ribuan orang berada di ruang bawah tanah dengan sedikit air, makanan, obat-obatan atau listrik. Mereka mencari perlindungan dari pemboman berat Rusia.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement