Ahad 27 Mar 2022 23:45 WIB

Kesehatan Lingkungan Salah Satu Kontribusi Penurunan Stunting

Kesehatan Lingkungan Salah Satu Kontribusi Penurunan Stunting

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Hafil
ilustrasi Stunting
Foto: Republika/Mardiah
ilustrasi Stunting

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin menekankan kesehatan lingkungan menjadi satu dari banyak faktor yang berkontribusi dalam upaya penurunan stunting. Wapres menyebut, dua hal terkait kesehatan lingkungan yakni sanitasi dan ketersediaan air minum layak.

Wapres mengatakan, tersedianya air bersih dan sanitasi bagi ibu hamil, bayi, dan balita akan berdampak 70 persen pada upaya penanganan stunting.

Baca Juga

"Karena itu, peningkatan akses air minum dan sanitasi sewajarnya menjadi prioritas dalam skema besar percepatan penurunan stunting," kata Wapres saat memberi keynote speech di acara Rapat Kerja Nasional III Tahun 2022 Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia, Sabtu (26/3).

Karena itu, pemerintah melakukan berbagai upaya demi menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada 2024. Salah satunya, pemerintah telah menargetkan pada 2024, sebanyak 100 persen rumah tangga mempunyai akses terhadap air minum layak, dan 90 persen rumah tangga mempunyai akses terhadap sanitasi layak.

Namun demikian, Wapres menilai perlunya mendorong kenaikan cakupan layanan keduanya secara intensif. Ini karena dalam tiga tahun terakhir, cakupan air minum layak hanya naik sebesar 1,5 persen, dan sanitasi layak hanya naik 2,9 persen.

Sehingga saat ini, rumah tangga dengan akses air minum layak baru mencapai 90,7 persen, dan akses terhadap sanitasi layak sekitar 80,2 persen.

"Kinerja ini harus segera kita tingkatkan karena kita hanya memiliki sisa waktu dua tahun untuk mencapai target tahun 2024," kata Wapres.

Wapres mengingatkan masih ada pekerjaan rumah untuk menurunkan angka prevalensi stunting hingga 14 persen pada 2024 mendatang. Saat ini, kata Wapres, prevalensi stunting di Indonesia tercatat di angka 24,4 persen.

"Artinya, dalam kurun waktu sekitar dua tahun ke depan, kita harus bisa menurunkan prevalensi stunting hingga lebih dari 10 persen," katanya.

Ia pun mengharapkan peran dan sinergi berbagai pihak dalam mengupayakan penurunan stunting baik di pusat, daerah, dan desa, termasuk pelibatan para Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) yang memiliki pengetahuan dan pengalaman profesional dalam mengatasi permasalahan kesehatan publik. Ia mengapresiasi kontribusi yang diberikan HAKLI terhadap upaya penurunan prevalensi stunting di Indonesia.

Ia pun berharap Rapat Kerja Nasional ke-III HAKLI tahun 2022 ini dapat menghasilkan rumusan dan rekomendasi kebijakan yang mendukung upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di Indonesia.

"Saya optimis, dengan kerja sama dan gotong royong di antara multifaktor, termasuk kalangan tokoh agama, insya Allah kita dapat menurunkan angka prevalensi stunting sesuai dengan target," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement