Selasa 29 Mar 2022 06:55 WIB

Qatar Buka RS Khusus Penyandang Disabilitas di Gaza

Ada sekitar 48 ribu penyandang disabilitas di Palestina.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Pengunjuk rasa Palestina melempari tentara Israel dengan batu selama bentrokan di dekat perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, di Jalur Gaza timur, 21 Agustus 2021. Empat puluh satu warga Palestina dan satu tentara Israel terluka dalam bentrokan di dekat perbatasan timur Kota Gaza. Qatar Buka RS Khusus Penyandang Disabilitas di Gaza
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pengunjuk rasa Palestina melempari tentara Israel dengan batu selama bentrokan di dekat perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, di Jalur Gaza timur, 21 Agustus 2021. Empat puluh satu warga Palestina dan satu tentara Israel terluka dalam bentrokan di dekat perbatasan timur Kota Gaza. Qatar Buka RS Khusus Penyandang Disabilitas di Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Rumah Sakit Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani untuk Rehabilitasi dan Prostetik di Gaza meluncurkan lokakarya untuk menyediakan prostetik elektronik bagi penyandang disabilitas Palestina di Gaza, Ahad (27/3/2022). Ada sekitar 48 ribu penyandang disabilitas di Palestina.

“Sekitar 40 warga Palestina dari Jalur Gaza akan mendapat manfaat dari lokakarya, dari 60 kasus yang membutuhkan anggota badan. Tim medis akan mulai bekerja dengan 20 kasus, dan kemudian menyelesaikan tahap kedua dengan 20 kasus lagi setelah Idul Fitri,” kata perwakilan Dana Qatar untuk Pembangunan Sultan Al-Asiri.

Baca Juga

 

“Tangan elektronik ini dikendalikan oleh otak, dan meniru kerja anggota tubuh alami,” kata Al-Asiri, dilansir dari Al Araby, Senin (28/3/2022).

 

Menurut Al-Asiri, jenis proyek medis ini memberikan harapan kepada generasi muda dan anak-anak Gaza yang diamputasi dan akan mengembalikan kondisi mereka ke tingkat normal dan memudahkan integrasi ke dalam masyarakat. Fatima al-Nimr (31 tahun) adalah salah satu pasien yang baru saja menerima prostetik elektronik. Sembilan tahun menderita sejak dia harus mengamputasi tangan kirinya karena kecelakaan lalu lintas yang parah.

"Dulu saya memakai tangan prostetik kosmetik untuk menghindari pandangan orang tentang saya, tapi hari ini saya akan bisa menggerakkan tangan palsu saya dan memegang semua yang saya inginkan," kata al-Nimr.

"Saya sangat senang dengan tangan ini. Rasanya alami dan akan membantu saya menjalani hidup saya secara normal, saya benar-benar bisa memegang seolah-olah ini adalah tangan asli," tambahnya.

 

Mohammed Abed (29), pasien lain yang mendapat manfaat dari proyek medis tersebut, mengungkapkan kegembiraannya atas fakta ia memiliki tangan palsu elektronik setelah menderita selama lebih dari tiga tahun. Abed sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan untuk membantu menghidupi keluarganya. Namun sejak 2018, ia menjadi pengangguran sejak kehilangan tangannya. 

 

Pada 2018, Abed kehilangan tangannya saat berpartisipasi dalam Great March of Return yang berlangsung di sepanjang perbatasan timur Khan Yunis. Seorang penembak jitu Israel menargetkannya pada saat itu.

 

“Setelah saya kehilangan tangan saya, saya merasa tidak berdaya dan tidak dapat melanjutkan hidup saya. Hari ini, saya akan dapat menggunakan tangan palsu elektronik saya,” ujarnya.

 

Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Asosiasi Pelatihan Sosial dan Rehabilitasi yang berbasis di Gaza, sebuah organisasi sipil Palestina yang peduli dengan penyandang disabilitas, ada sekitar 48 ribu orang yang diperkirakan memiliki disabilitas yang melibatkan ekstremitas mereka yang saat ini tinggal di Jalur Gaza, mewakili sekitar 2,4 persen dari jumlah penduduk lokal.

https://english.alaraby.co.uk/news/qatar-opens-specialised-hospital-prosthetics-gaza

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement