Selasa 29 Mar 2022 18:42 WIB

Satgas Ingatkan Potensi Peningkatan Kasus Usai Idulfitri

Peningkatan kasus seiring dengan tingginya mobilitas selama periode tersebut.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan potensi terjadinya peningkatan kasus Covid-19 usai Ramadhan dan Idulfitri. Peningkatan kasus ini terjadi seiring dengan tingginya mobilitas dan kegiatan masyarakat selama periode tersebut.

“Berkaca dari tahun 2020 dan 2021, setelah periode ramadhan dan Idulfitri, potensi terjadinya kenaikan kasus akan meningkat seiring dengan tingginya mobilitas dan kegiatan masyarakat,” ujar Wiku saat konferensi pers melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (29/3/2022).

Baca Juga

Karena itu, ia meminta masyarakat agar semaksimal mungkin berupaya untuk menekan penularan. Apalagi saat ini telah memasuki masa transisi kegiatan masyarakat yang produktif dan aman Covid-19.

Wiku menyebut, terdapat tiga indikator perkembangan Covid-19 yang perlu untuk terus dipantau, yakni angka RT, positivity rate dan testing, serta vaksinasi. Angka RT adalah pengukuran epidemiologis yang menggambarkan potensi penularan virus di tengah masyarakat.

Per 24 Maret, angka RT telah menunjukan penurunan di seluruh pulau besar di Indonesia. Penurunan yang paling besar terjadi di Nusa Tenggara yakni dari 1,14 menjadi 1,01. Wiku pun meminta agar angka RT dapat terus ditekan hingga di bawah satu, terutama pada pulau yang menjadi asal dan tujuan mudik seperti Jawa dan Sumatera. 

Selanjutnya adalah positivity rate dan testing. Wiku menjelaskan, saat ini positivity rate mingguan di tingkat nasional mengalami penurunan dari 8,81 persen menjadi 5,20 persen.

“Bahkan angka ini sudah turun drastis dari puncak Omicron lalu yang sempat mencapai 17 persen,” tambah dia.

Namun, jumlah orang yang diperiksa baik dengan PCR maupun antigen juga mengalami penurunan. Di minggu ini total jumlah orang diperiksa sebesar 700 ribu, yang terdiri atas 185 ribu menggunakan PCR dan 517 ribu menggunakan antigen.

“Angka ini terbilang rendah mengingat pada puncak omicron lalu, jumlah orang diperiksa mencapai lebih dari 2 juta, di mana PCR menyumbang 650 ribu dan antigen sekitar 1,4 juta,” jelas Wiku.

Wiku pun meminta agar angka testing tetap harus ditingkatkan meskipun sudah dihapus dari syarat perjalanan. 

Kemudian indikator terakhir yakni vaksinasi. Wiku menyampaikan, saat ini vaksinasi dosis satu di tingkat nasional telah mencapai 72 persen populasi sedangkan dosis dua mencapai 58 persen populasi dan vaksin booster mencapai 7 persen populasi.

Sementara dari total target 21,5 juta lansia, dosis satu telah mencapai 79 persen, dosis dua mencapai 60 persen, dan booster mencapai 10 persen dari lansia. Wiku meminta cakupan vaksinasi dosis kedua dan juga booster pada lansia dapat terus ditingkatkan.

Secara nasional, vaksin dosis dua harus terus ditingkatkan hingga setidaknya 70 persen dan vaksin booster ditingkatkan pada populasi rentan dan lansia. “Melihat dari perkembangan-perkembangan tersebut, maka kita perlu melakukan upaya ekstra untuk pelaksanaan ibadah bulan Ramadhan dan Idulfitri yang akan datang,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement