Ma'ruf: Puasa Harus Menghasilkan Ketakwaan, Bukan Hanya Lapar

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 31 Mar 2022 22:16 WIB

Wakil Presiden Maruf Amin. Maruf: Puasa Harus Menghasilkan Ketakwaan, Bukan Hanya Lapar Foto: Dok. BPMI/Setwapres Wakil Presiden Maruf Amin. Maruf: Puasa Harus Menghasilkan Ketakwaan, Bukan Hanya Lapar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar dan meningkat ketakwaannya di bulan suci Ramadhan. Ma'ruf mengingatkan, seperti tujuannya, puasa membentuk orang-orang bertakwa.

"Semestinya puasa harus menghasilkan ketakwaan. Apabila puasanya tidak melahirkan ketakwaan, berarti puasanya hanya sekadar puasa lahiriah semata, yang hanya mengalami lapar dan dahaga semata," ujar Ma'ruf saat sambutan di acara Acara Syiar Islam dan Tarhib Ramadhan 1443 H secara virtual, Kamis (31/3/2022).

Baca Juga

Ma'ruf pun menjelaskan, yang dimaksud dengan takwa adalah kepatuhan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. Karena itu, orang yang berpuasa adalah orang yang mampu mengendalikan nafusnya dari berbuat melanggar peraturan Allah SWT.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini melanjutkan meski secara lahiriah puasa adalah menahan makan, minum dan hubungan seksual. Namun, lebih dari itu puasa juga menahan dari semua keinginan (nafsu), sikap dan tindakan tercela atau kemaksiatan.

"Dalam ibadah puasa ini terkandung pula nilai kejujuran yang tinggi, karena bisa saja seseorang berpura-pura puasa di hadapan umum, tetapi sebenarnya ia tidak berpuasa," katanya.

Karena itu, Ma'ruf berharap umat Islam dapat menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan di bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari tersebut. Selain itu, hikmah puasa tidak hanya mengandung spiritual dan vertikal  kepada Allah SWT saja tetapi juga hubungan sosial dan horizontal kepada sesama. Puasa juga menjadi sarana latihan yang efektif untuk penguatan akhlak dan karakter.

"Terutama untuk mewujudkan manusia yang bebas dari dosa dan perbuatan tercela, manusia yang dapat mengendalikan diri dan jujur, dan sekaligus manusia yang memiliki solidaritas sosial yang tinggi," katanya.

Ia mengatakan, solidaritas sosial yang tinggi dapat diwujudkan dalam bentuk anjuran untuk memperbanyak sedekah dan pada hari Idul Fitri diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Termasuk saat berpuasa dapat memunculkan empati kepada fakir miskin yang mengalami kelaparan atau kekurangan makanan.

Karena itu, orang yang melaksanakan puasa dengan pemenuhan ketiga nilai atau prinsip tersebut, yakni pengendalian diri, kejujuran dan solidaritas sosial, ia akan menjadi bersih tanpa dosa.

"Saya mengharapkan Ramadhan kali ini bisa menjadi momentum meningkatkan ketakwaan kita, tumbuhnya solidaritas bangsa, serta kita bisa keluar dari pandemi," katanya.