Jumat 01 Apr 2022 18:52 WIB

Tradisi Ramadhan di Tengah Modernisme Kuwait

Kuwait memiliki tradisi Ramadhan unik yang telah dijalankan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Jalan utama kosong setelah wafatnya Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah di Kuwait City, Kuwait pada 30 September 2020. Emir Kuwait, Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah telah meninggal dunia pada tanggal 29 September 2020 di usia 91 di Amerika Serikat. Kuwait mengumumkan 40 hari berkabung resmi dan libur tiga hari resmi mulai Selasa 29 September 2020, setelah kematian Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah. Sheikh Nawaf al-Ahmed dilantik sebagai Emir baru Kuwait pada Majelis Nasional di Kota Kuwait pada 30 September 2020.
Foto: EPA-EFE/Noufal Ibrahim
Jalan utama kosong setelah wafatnya Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah di Kuwait City, Kuwait pada 30 September 2020. Emir Kuwait, Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah telah meninggal dunia pada tanggal 29 September 2020 di usia 91 di Amerika Serikat. Kuwait mengumumkan 40 hari berkabung resmi dan libur tiga hari resmi mulai Selasa 29 September 2020, setelah kematian Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah. Sheikh Nawaf al-Ahmed dilantik sebagai Emir baru Kuwait pada Majelis Nasional di Kota Kuwait pada 30 September 2020.

IHRAM.CO.ID,  KUWAIT --  Kuwait memiliki tradisi Ramadhan unik yang telah dijalankan. Transformasi cepat Kuwait, yang awalnya merupakan daerah terpencil dengan pendapatan dari memancing dan menyelam mutiara menjadi negara modern yang makmur, juga mengubah banyak tradisi lokal.

Bahkan, hal ini menyebabkan beberapa di antaranya jadi menghilang dan terlupakan. Kegiatan Daq al-harees (menghancurkan gandum) adalah tradisi pra-Ramadhan di Kuwait kuno. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh sebuah keluarga yang membeli gandum dalam jumlah besar, yang dihancurkan oleh beberapa wanita terampil disertai dengan nyanyian rakyat. Namun sayangnya, kebiasaan itu sekarang telah berkurang.

Baca Juga

Salah satu penabuh genderang sahur, Abu Tubailah, kini tidak lagi berkeliling di jalan-jalan sekitar lingkungannya. Ia telah pensiun menjadi tokoh budaya. Tak hanya itu, saat ini orang-orang lebih suka menghabiskan waktu menonton tayangan TV atau pergi ke pusat perbelanjaan usai buka puasa, dibandingkan tinggal di rumah bersama keluarga.

Meski demikian, beberapa tradisi Ramadhan di Kuwait tetap bertahan dari waktu ke waktu, bahkan terus berkembang untuk mencerminkan perubahan perkembangan sosial, keuangan dan keluarga. Setelah dua tahun vakum karena penyebaran Covid-19, mereka akan kembali lagi tahun ini.

Dilansir di Kuwait Times, Jumat (1/4/2022), salah satu tradisi yang masih berjaya adalah Graish, yaitu pesta tradisional pra-Ramadhan ketika anggota keluarga dan bahkan tetangga berkumpul sebelum awal bulan puasa. Di masa lalu, para wanita di rumah akan mengosongkan lemari makanan dari bahan yang biasanya tidak dimakan di bulan Ramadhan, serta keluarga besar akan berkumpul untuk mengambil bagian dalam potluck.

Di momen-momen seperti ini, makanan biasanya dipesan dari restoran dan pertemuannya lebih kecil. Meski tidak semegah sebelumnya, tetapi tradisi itu terus berlanjut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement