Listrik Mahal, Warga Lebanon Solat Tarawih dengan Cahaya Lilin

Rep: Mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih

Sabtu 02 Apr 2022 16:04 WIB

Warga Lebanon membawa kotak roti. Warga Lebanon  merasakan Ramadhan dalam masa-masa yang sulit. Foto: reuters Warga Lebanon membawa kotak roti. Warga Lebanon merasakan Ramadhan dalam masa-masa yang sulit.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Warga Lebanon  merasakan Ramadhan dalam masa-masa yang sulit. Beirut dan kota-kota lain di Lebanon tak lagi menghias kota dengan dekorasi ramadhan yang biasa memenuhi jalan-jalan mereka.

Sebaliknya, pada Ramadhan kali ini gambar tokoh yang mencalonkan diri dalam pemilihan parlemen terpampang di mana-mana. Hanya ada beberapa spanduk sederhana yang dikibarkan, mengingatkan orang untuk menyumbang untuk amal selama bulan suci.

Baca Juga

Lebanon masih berjuang untuk tahun ketiga berturut-turut dengan krisis keuangan yang melumpuhkan. Krisis telah mendorong banyak orang di bawah garis kemiskinan, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengemis di jalanan. 

Krisis juga sangat mempengaruhi kelas menengah, yang pendapatannya telah menurun dengan depresiasi mata uang lokal terhadap dolar. Banyak orang diberhentikan dari pekerjaannya karena  ratusan pabrik dan toko ditutup.

Meningkatnya pengangguran bahan bakar dan pasokan listrik yang sulit membuat sebagian besar orang Lebanon hampir tidak dapat bertahan hidup. Lingkungan yang mendapatkan pasokan listrik lebih dari satu jam sehari dari pemerintah dianggap beruntung. 

Maher Al-Taweel yang selama ini mengikuti kondisi masjid-masjid binaan Dar Al-Fatwa mengharapkan shalat Tarawih dilaksanakan dengan penerangan lilin.

“Tidak ada listrik di malam hari, apa yang orang lakukan untuk sahur? Tidak semua masjid mampu membayar lebih dari dua juta pound Lebanon sebulan untuk generator. Beberapa warga yang mampu telah menyediakan perangkat UPS untuk beberapa masjid untuk memberikan penerangan minimal. Yang lain telah membeli panel surya untuk menyalakan masjid dengan biaya sendiri. Namun, banyak masjid akan mengadakan shalat Ramadhan dengan cahaya lilin,” katanya.

Dia mengatakan tidak ada dekorasi Ramadhan di jalan-jalan tahun ini. Dekorasi telah menjadi barang mewah karena dihargai dalam dolar. Mereka yang biasa memasang dekorasi lebih suka memberikan uangnya untuk amal, yang sangat aktif di media sosial tahun ini dalam upaya untuk menjangkau sebanyak mungkin orang.