Ahad 03 Apr 2022 05:30 WIB

Muslim Australia Jadikan Momentum Ramadhan Kumpul Bareng Keluarga

Dalam beberapa tahun terakhir, keluarga muslim di Australia tidak dapat berkumpul.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
 Anggota komunitas Muslim Australia
Foto: EPA-EFE/JOEL CARRETT
Anggota komunitas Muslim Australia

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Dalam beberapa tahun terakhir, keluarga muslim di Australia tidak dapat berkumpul dalam jumlah besar selama aturan 'lockdown' atau di bawah pembatasan jarak sosial. Namun, kini muslim menyambut kembalinya ke perayaan normal 2022.

Muslim Australia, Md. Masum Alam (42 tahun) kini sibuk memberikan sentuhan akhir pada burger bar Sydney pekan ini, menggantung dekorasi Ramadhan dan poster-poster perayaan. “Ini adalah bulan untuk memberi dan beramal, peduli dan berbagi,” kata Md. Alam, dilansir dari laman SBS pada Sabtu (2/4/2022).

 

 “Namun, ini sangat sulit bagi semua orang di dunia karena pandemi ini. Kami memiliki perayaan Ramadhan terbuka setelah dua tahun. Jadi kita semua diberkati dan bahagia,” kata Md. Alam. 

 

Adapun Kalender Islam mengikuti fase bulan. Akibatnya, bulan suci Ramadhan jatuh kira-kira 10 hari lebih awal setiap tahun dalam kalender Gregorian. Selama Ramadhan, umat berpuasa di siang hari dan diharapkan memberi kepada mereka yang membutuhkan. Pada malam hari, keluarga berkumpul untuk berbuka puasa bersama dengan berbagi makanan.

 

Adanya perubahan kebiasaan makan selama Ramadhan memaksa pemilik bisnis Muslim seperti Md. Alam untuk beradaptasi. “Orang yang berpuasa, jangan datang untuk makan siang,” katanya di restorannya Sydney Friend’s Burger di Gladesville.

 

“Kemudian kita harus terburu-buru ketika akan berbuka puasa. Jadi kami berencana untuk buka larut malam untuk makan malam, terutama pada hari Jumat dan Sabtu dan malam. Kami telah menambah staf di malam hari untuk mengatasi serbuan pesanan yang masuk, sebagian besar untuk pengiriman,” lanjutnya.

 

Di sisi lain, Md. Alam bermigrasi dari Bangladesh pada  2004. Itu dilakulan setelah menyelesaikan gelar Master of Business Administration (MBA) di Asian University of Bangladesh. Sesampainya di Sydney, ia menemukan pekerjaan sebagai juru masak, sambil menyelesaikan studi lebih lanjut di bidang pemasaran, dan secara bertahap kembali terampil sebagai koki.

 

“Saya suka tantangan karena saya adalah orang terendah di dapur. Saya harus berada di puncak profesi.  Jadi itu tantangan untuk belajar dan menjadi chef yang mumpuni,” ujarnya.

 

Ambisinya sekarang adalah merayakan bersama keluarga dan berbagi makanan halal dengan pelanggannya. “Bulan Ramadhan yang bahagia telah tiba, dan inilah saatnya untuk terhubung dengan orang-orang terkasih,” katanya.

 

Perayaan Ramadhan juga berlangsung di Liverpool Sydney. Di mana 'Bearded Bakers' menjalankan truk makanan, Knafeh, yang terkenal.

 

 “Kampanye ini disebut Malam Paling Terberkati dan merupakan perayaan makanan dan orang-orang dan budaya,” kata Direktur Kreatif Knafeh, Ameer El-Issa.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement