Senin 04 Apr 2022 15:49 WIB

Ramadhan Momentum Tepat Memberi Manfaat Menebar Kebaikan

Dimensi puasa demikian luas di tengah sosial kemasyarakatan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ada banyak keutamaan Ramadhan. Karenanya, bulan Ramadhan harus dimaksimalkan, dimanfaatkan, dan dijadikan momentum bertakwa.

Direktur Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Junaidi Safitri menilai, bertakwa tidak hanya menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Tapi, sebagai seorang manusia dapat menjadi sosok yang mampu memberikan manfaat dan menebarkan kebaikan untuk siapapun dan kapanpun itu.

"Karena kemanfaatan itulah yang menjadi amal jariyah kita untuk mendapat anugerah dari Allah SWT," kata Junaidi dalam pembukaan Safari Iman Ramadhan (Safir) UII di Auditorium Prof KH Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII, Senin (4/4/2022).

Umat Islam diharapkan pula mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan amaliyah syar'iyah. Karenanya, ia berharap, kegiatan-kegiatan seperti Safir UII ini menjadi momentum tepat mempersiapkan diri, mempersiapkan hati dan pikiran. "Seluruhnya dengan suka cita kita menyambut bulan suci Ramadhan," ujar Junaidi.

Imam Masjid Raya Bandung, Syeikh Dr Thyazen Alhakimi menuturkan, umat Islam jangan cuma tenggelam dalam romansa indahnya nuansa Ramadhan. Tapi, dituntut memantapkan hati dan meluruskan niat menjalankan aktivitas selama satu bulan.

"Saat kita mengucapkan sesuatu, kita harus menjalankannya di dalam hati. Ketika sudah dimantapkan dengan hati, maka harus dibuktikan dengan perbuatan amaliyah," kata Thyazen.

Maka itu ia mengimbau untuk jangan bersedih saat didzolimi oleh orang lain. Sebab, perlakuan buruk seseorang itu terhadap orang lain sudah disiapkan oleh Allah Yang Maha Kuasa, sedangkan umat diharuskan untuk bisa selalu bersabar. "Meningkatkan iman kepada Allah secara konsisten," ujarnya.

Kepala Bagian Kebijakan Bina Mental dan Sarana Keagamaan Yogyakarta, Eko Susilo menambahkan, ibadah puasa merupakan kebiasaan yang sangat melekat ke kegiatan masyarakat. Penerapan aktivitas puasa sangat mudah diterima oleh masyarakat.

Dimensi puasa demikian luas di tengah sosial kemasyarakatan. Tidak cuma menahan haus dan lapar, tapi menyimpan sedemikian banyak misteri, yang senantiasa terus menerus harus dikuak dan dibahas oleh ilmu pengetahuan yang lebih besar lagi.

Meski begitu, ia menyarankan masyarakat untuk patuh kepada kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Termasuk, segala langkah-langkah protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus selama pandemi Covid-19 masih berlangsung.

"Saya berpesan untuk terus konsisten melaksanakan ibadah dengan tertib seraya tetap melaksanakan prokes. Saya percaya kekuatan iman jadi kunci perantara keberkahan ibadah Ramadhan. Kita harus menciptakan suasana sehat dan kondusif," kata Eko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement